"Maafkan anakku ki sanak. Â Ia terlalu sembrono menuduhmu."
"Tidak apa-apa tuan. Â Hanya kesalah pahaman biasa."
"Kau dari mana anak muda. Â Menjual kayu bakar kesini."
"Saya dari dusun Majalegi. Â Anak janda miskin tua bernama simbok Darmi."
"Belum pernah aku melihatmu sebelumnya, sebagai warga kademangan sini."
"Saya baru saja datang dari pengembaraan, dan pulang menemui simbok saya."
"Baiklah, sekali lagi aku minta maaf. Â Aku sedikit tertarik kepadamu. Â Seorang pemuda anak orang kebanyakan, tapi memiliki ilmu olah kanuragan yang cukup tinggi. Â Jika diteruskan belum tentu anakku akan menang melawanmu."
"Kalau begitu akan kami teruskan Ayah. Â Siapa yang bakal menang di antara kami."
"Tidak.  Sudah cukup.  Perkelahian ini tidak ada gunanya.  Ia telah mengaku anak warga  kademangan kita.  Oh, Ya.  Siapa namamu anak muda ?"
"Sembada tuan. " Â Jawab sembada.
"Sembada ?!!!" Â Terdengar kata Sekarsari dengan nada agak tinggi.