Sembada sempat terkejut. Â Kenapa anak buah gerombolan Gagakijo ada di sini. Â Apakah mereka semua menghuni desa ini. Â Sejuta pertanyaan bergelut di kepala Sembada. Mungkinkah kepala desa Sambirame yang konon kepala brandal itu Gagakijo ?
Hati Sembada diganggu sebuah keinginan untuk mencari jawaban pertanyaan yang menggumpal di kepalanya. Â Jalan satu-satunya ikut dalam lomba adu ketangkasan.
"Sedulur-sedulur, sekarang saat memanggil pemuda-pemuda pemberani desa kita untuk tampil di panggung. Â Siapa saja yang ingin mengadu ketangkasan silahkan naik panggung."
Sejenak kemudian ketegangan menyeruak di antara penonton. Mereka  ingin  tahu siapa saja yang akan berlomba adu ketangkasan.  Kepala mereka menoleh ke kanan dan ke kiri, mendongak untuk melihat siapa saja yang mau tampil.
Ketika seorang pemuda berotot dan berambut panjang berteriak dan meloncat panggung, semua penonton bertepuk tangan menyambutnya. Â Selang sesaat satu lagi pemuda melompat dan melambaikan tangan di panggung. Â Penontonpun bersorak lagi.
Demikianlah betapa antusias para penonton setiap ada orang baru yang hadir di panggung. Â Jumlah mereka sudah tujuh orang.
"Masih ada lagi yang ingin mengadu ketangkasan. Â Sebelum aku tutup pendaftaran calon peserta."
Sembada yang menutup wajahnya dengan ikat kepala berteriak lantang.
"Aku juga ikut ki sanak."
Lelaki pendek itu menatapnya. Â Ia tertawa ketika pemuda terakhir itu tidak melompat naik panggung seperti yang lain, ia naik panggung dengan memanjatnya. Â Sepertinya ia pemuda yang hanya bermodal keberanian tanpa ilmu kanuragan. Â Tapi ia diam saja, tidak mencegahnya.
"Sedulur-sedulur. Â Ada delapan pemuda yang akan bertanding malam ini. Â Sambut mereka dengan meriah."