Gadis itu berjalan dengan tenangnya keluar kedai.
"Aku tunggu kau di halaman, jika kau memang lelaki. " Â Katanya saat lewat di depan lelaki berjambang dan berperut buncit..
"Siapa takut. Â Sebentar lagi kau akan jadi milikku anak manis."Lelaki buncit itu menjawabnya dengan tertawa-tawa senang.
Semua mata pengunjung di kedai itu mengikuti langkah mereka keluar. Â Sembadapun segera membayar makanan dan minumannya. Â Ia ingin menyaksikan pertunjukan yang menarik.
Di tengah halaman kedai gadis itu menghentikan langkahnya. Dengan bertolak pinggang ia menunggu calon lawannya.Â
Lelaki buncit berjalan sambil tetap tertawa-tawa. Â Ia berpikir akan segera mendapat rejeki nomplok. Â Seorang gadis telah menantangnya perang tanding, dengan taruhan dirinya.
"Kita berkelahi dengan senjata." Â Kata gadis itu ketus.
"Jangan !! Nanti kulitmu bisa terluka. Â Kecantikanmu akan berkurang nilainya." Jawab lelaki itu.
"Aku tidak peduli. Â Bisa jadi malah lehermu yang putus." Â Katanya sambil mencabut pedang dari sarungnya.
Terpaksa lelaki buncit itu menarik kapak bertangkai panjang yang ia selipkan di ikat pinggangnya. Â Dengan kapak itu ia akan menghadapi pedang si gadis. Â Semua mata dengan tegang menyaksikan mereka berdua.
Berkali-kali pemimpin orang-orang kekar dan kasar itu menggeram. Â Hatinya agak kurang senang dengan prilaku anak buahnya.
"Trembolo memang gila. Â Otaknya memang tidak waras. Â Setiap ada wanita cantik, napsunya mesti melonjak-lonjak. Â Kita tidak jadi makan siang saat ini." Kata lelaki berkunis tebal.