Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bab 6, Pertempuran Di Depan Kedai

18 Maret 2024   22:02 Diperbarui: 2 September 2024   22:52 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

Rombongan orang-orang berkuda nampak yang memenuhi kedai itu.  Mereka baru saja mendapatkan pelayanan.  Terlihat masing-masing piring mereka baru separo yang mereka makan.

Gadis berambut- panjang duduk di samping pemuda gemuk pemimpin rombongan.  Dari tempat duduknya Sembada tidak dapat melihat bagaimana wajah gadis itu.  Melihat perawakannya yang ramping, dan menggantungkan sebilah pedang di pinggangnya, kemungkinan gadis itu memiliki ilmu kanuragan juga.

Ia memesan makanan yang umum dijual di setiap kedai.  Nasi pecel-tumpang.  Kebetulan sekali rempeyeknya ditaburi banyak sekali kacang.  Ini makanan kesukaan Sembada sejak kecil.  Iapun dengan lahap menikmati hidangannya.

Orang-orang berkuda itu kelihatan telah selesai makan.  Sambil minum mereka bercakap-cakap dengan riuhnya.

"Aturan baru tentang upeti itu benar-benar akan memberatkan kawula.  Sebenarnya aku keberatan dengan aturan itu." Kata pemuda gemuk itu kepada kawan-kawannya.

"Kenapa kamu tidak menolaknya dalam pasamuan kemarin ? "

"Kademangan lain juga diam saja.  Kalau kita menolak aturan baru, pasti Bathara di Blimbing itu akan membenci kita. Selanjutnya kademangan kita pasti akan disisihkan dari percaturan kepemerintahan di wilayah timur ini."

"Seharusnya kau berani mengajukan usulan.  Pada akhirnya kawulalah yang akan menanggung beban itu."

Pemuda yang gemuk itu hanya diam saja, menerima sindirian anak buahnya yang lebih tua dari dirinya.

Ternyata mereka utusan sebuah kademangan untuk hadir di kabatharan wilayah timur, pikir Sembada.  Tentu wilayah ini sudah menjadi daerah kekuasaan Raja Wura-wari.  Mereka mengangkat perwakilan kepemerintahan di wilayah ini setara bathara.

Ketika Sembada menyeruput wedang sere pesanannya, matanya melihat  beberapa orang berbadan kekar masuk kedai.  Ia hitung jumlah lelaki kasar yang mencurigakan itu, delapan orang. Mudah-mudahan orang-orang itu tidak membuat onar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun