Ketika pemuda itu berusaha menyelamatkan barangnya, tiba-tiba dengan satu lompatan kakek itu berhasil menendang benda itu ke atas, kemudian dengan gesitnya ia melompat tinggi dan meraih barang itu dan membawanya lari.
Dengan gerak yang cepat pula pemuda itu mengejar si kakek tua. Namun kakek itu berhasil menyusup gerumbul liar hutan itu. Tanpa ragu-ragu pemuda itu juga menyusup gerumbul liar itu pula. Â Maka sebentar kemudian terjadilah peristiwa kejar kejaran di hutan itu. Â Kakek itu terus melarikan diri sambil membawa buntalan pemuda itu, si pemuda terus mengejarnya hendak mengambil kembali barang bawaannya.
Beberapa saat pemuda itu kehilangan buruannya. Â Kakek itu mampu menyelinap dan lolos dari dirinya. Â Ketika sesaat pemuda itu berhenti, dan memusatkan pendengarannya, terdengarlah suara nafas terengah-engah seseorang. Â Ia langsung menghadap dari mana arah suara nafas yang terengah-engah itu. Â Ketika terdengar suara orang terbatuk-batuk segera ia melesat dan mengencangkan larinya.
Tiba-tiba terlihat gerak orang lari dengan membungkuk-bungkuk di depannya. Â Namun meskipun demikian pemuda itu belum juga mampu menangkap si kakek. Â Hingga suatu saat kakek itu tiba-tiba hilang di balik sebuah gerumbul tanaman perdu.
Pemuda itu segera mendekat, dan mengamati tempat di mana kakek itu hilang. Â Dengan sangat hati-hati pemuda itu melangkah, mewaspadai kemungkinan ia mendapat serangan yang mendadak. Di balik gerumbul perdu itu ternyata terdapat sebuah lubang yang menganga, dan di dindingnya terdapat sebuah pintu goa.
Pemuda itu turun  masuk lubang yang  tidak terlalu dalam itu. Kemudian sambil mengendap berjalan ke arah pintu goa.  Ia tidak langsung menghadap tepat di depan goa, tapi mengendap-endap di pinggirnya. Â
Dari sana ia mendengar suara orang terbatuk-batuk, dari bunyinya ia dapat memastikan bahwa suara itu agak jauh dari pintu goa.  Pemuda itu lantas masuk, jalannya mengendap-endap. Ia mengambil bagian tepi lorong goa yang cukup lebar itu.  Agar jika ada serangan jarak jauh ia bisa menghindar dengan merapatkan badan di dinding lorong.
Masih terdengar suara nafas yang terengah-engah, bahkan sekali-sekali suara orang terbatuk-batuk. Â Pemuda itu mempercepat langkahnya. Â Suara itu sudah tidak terlalu jauh dari dirinya. Â Ia yakin sebentar lagi akan dapat menangkap kakek itu.
Ternyata lorong goa itu melingkar-lingkar. Â Banyak cabang di kanan dan kirinya. Â Namun pemuda itu terus mengandalkan pendengarannya, sehingga ia tidak akan tersesat dari arah jalan kakek itu. Â Hingga pada akhirnya kedua orang itu sampai di ruangan yang cukup luas. Â Udara di ruangan itupun terasa segar, dan suasananya tidak gelap seperti jalan menuju tempat itu.
"Nah kek. Â Kau tidak akan lagi bisa lolos. Â Nampaknya nafasmupun sudah akan putus. Â Lebih baik kau serahkan barang itu kepadaku. Â Karena di dalamnya terdapat bekal yang akan memperpanjang hidupku."
"Hahaha, enak saja. Â Kau belum mampu mengalahkan aku anak muda. Â Aku sengaja membawamu ke sini, agar setelah mati mayatmu tidak ditemukan oleh orang lewat."