Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 2. Kakek Pemikul Kayu

15 Maret 2024   16:10 Diperbarui: 27 Agustus 2024   10:42 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri

"Bawa saja kek.  Gunakan sebaik-baiknya." Jawab Sembada.

Lelaki tua itu menyelempitkan tiga parang dalam tumpukan kayu yang telah ditali.  Ia lantas membungkukkan badannya ke arah Sembada, kemudian pergi melanjutkan perjalanannya.

Sembada memandang berkeliling.  Baru sadar ia dipandangi oleh banyak orang.  Ia tundukkan kepalanya dan melangkah pergi ke dalam pasar.

"Simbok sudah menutup kedai ?" Tanya Sembada kepada Mbok Kanthi.

"Iya Ngger.  Simbok takut. " jawab wanita tua itu.

Sembada mengangguk sambil memandangi ibu temannya itu dengan rasa kasihan. Nampak wanita tua itu gemetar badannya.

"Aku belum membayar makanku dan minumku Mbok."

"Sudah nggak usah Sembada.  Kau kuanggap anak sendiri."

"Nggak bisa begitu mbok.  Simbok bisa rugi."  Ia ulurkan uang sekeping perak.

"Wooo nggak ada kembaliannya ini,"

"Termasuk tiga orang itu yang belum bayar mbok.  Sisanya bawa saja buat simpanan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun