***
"Yun, nanti jam delapan ke rumah, ya,"
"Yang nunggu fotokopi siapa Mbak?"
"Biar ditunggu Fitri."
Yuni ragu, Fitri ceroboh. Kadangkala ia lupa mencatat. Bagaimanapun kepikiran. Tetapi karena keinginan bos, apa mau dikata. Pasti ada sesuatu yang penting. Apakah Renata sakit? Atau...
Diketuknya rumah Renata.Â
"Ayuk, langsung saja. Kamu yang bawa motornya,"
Renata memberikan kunci motor pada Yuni. Ia membawa keranjang belanjaan kosong di tangan. Meskipun perut buncit, Renata tetap gesit dalam melangkah. Sebagai calon ibu, semangat Renata membuat Yuni kagum.
"Kemana?"
"Pasar."
"Tumben ke pasar. Biasanya menunggu tukang sayur lewat depan rumah,"