***
Hari kelima ramadan, bayi yang ada dalam kandungan Renata sedikit rewel. Ia merasa mual dan pusing. Padahal pada saat sahur tadi, cukup asupan makanan yang masuk dalam perut. Gizi juga sangat diperhatikan. Susu khusus untuk bumil juga sudah diminum. Tetapi rupanya bayi yang ada dalam kandungan tak mau diajak kompromi.Â
Renata mengelus perut sambil berkata, "Nak, Bunda sayang kamu, jangan sedih ya. Baik-baik di perut Bunda." Bayi yang ada dalam perut bergerak, seperti mengerti kegundahan Renata.
Akibat pusing, pekerjaan jadi terabai. Renata memiliki usaha fotokopi, yang ia rintis sejak sebelum menikah dengan Edo. Lumayan maju. Letak kios dekat kampus, menjadikannya laris. Hampir tiap hari selalu ramai. Sudah ada empat mesin fotokopi, terjajar rapi. Jika tahun ini bisa mencapai target, ia memiliki rencana untuk menambah mesin fotokopi.
"Yun, gantikan aku dulu. Mbak mau pulang,"Â
"Kenapa, Mbak? Sakit? Aduh, Mbak Renata harusnya jangan puasa dulu,"
"Nggak papa, aku hanya sedikit pusing,"
Yuni menggantikan posisi Renata di meja kasir. Sudah lama ia bekerja di kios fotokopi. Sejak awal berdiri hingga sekarang. Bisa diandalkan jika Renata sedang sibuk atau ada kepentingan mendesak. Yuni sudah seperti adik sendiri.Â
Yuni selalu kagum pada sosok Renata. Sejak dulu, Renata memiliki semangat positif dan membawa aura baik pada sekitar. Termasuk tempatnya bekerja. Itu sebabnya Yuni betah.
Sesampai di rumah, Renata menelpon Edo.Â
"Bang, aku pusing,"