Edo cemas bukan kepalang.
"Apa aku perlu jemput kamu, Dik?"
"Nggak usah. Aku sudah di rumah. Nanti pekerjaan Abang gimana? Aku baik-baik saja, hanya butuh istirahat."
Renata bimbang, antara batal puasa atau tidak. Tetapi pusingnya tak mau juga pergi. Ia lalu mengambil gelas, diisikannya susu dan air. Mengaduknya, kemudian diteguk pelan. "Ya Allah, maafkan hamba-Mu,"Â
Ia berjanji akan menggantikan selama tak puasa di hari lain. Esok hari seandainya cukup sehat, ia akan berpuasa kembali.Â
***
Pagi-pagi selepas subuh, Renata mempersiapkan beras dan telur. Akan dihantarkan ke rumah Bu Endang. Tujuannya adalah menyampaikan fidyah selama dua hari tidak puasa.Â
Bu Endang sering membantunya saat diperlukan. Mencuci dan setrika baju milik Renata. Begitu pula saat Renata butuh bantuan lainnya. Tidak tiap hari, karena Bu Endang kadang ke pasar, sebagai buruh gendong belanjaan.Â
Renata memiliki keinginan, jika ada rezeki, membuatkan kios kecil untuk Bu Endang. Kios yang menjual sembako kecil-kecilan. Bu Endang nantinya tak lagi harus ke pasar. Tetapi masih keinginan, karena rezeki belum mencukupi.
"Terimakasih, Nak Renata. Semoga Gusti Allah yang membalas kebaikan ini,"Â
Renata mengaminkan doa yang terucap dari mulut Bu Endang. Ia merasa lega, hutangnya lunas saat tidak puasa lalu dengan memberikan fidyah.