Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cinta, Tak Tahu Kemana Arah Tujunya

5 September 2016   12:59 Diperbarui: 29 Juni 2017   23:58 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bella, kamu mau makan apa?” kata Samuel saat tiba di kantin. Aku agak kaget, karena aku tadi berada dalam lamunan.

“Oh, maaf, terserah kamu saja Samuel, aku memilih makanan yang sama denganmu.”

“Hayoo, kamu ngelamun ya, sedang melamunkan yang di sana, kan? Siapa sih namanya, kalau aku boleh tahu...?”

Kali ini gantian aku yang memerah pipinya. Samuel memang belum tahu, bahwa aku telah memiliki kekasih, bernama Tom. Yang ia tahu, aku masih lajang dan belum memiliki cincin yang melingkar di jari manisku.

“Yee, Samuel pengin tahu aja.. ,” sahutku sambil tersenyum.

“Berharap, Bella, barangkali masih ada kesempatan hatimu membuka untukku.”

Aku terdiam. “Samuel, aku telah memiliki kekasih yang telah menungguku. Aku tipe orang yang setia,Samuel,” kataku dalam hati. Dan ia pasti tak pernah mendengarnya.

“Samuel, kamu sudah menentukan pengin makan apa?” kataku mengalihkan perhatiannya. Aku tak mau menyakiti siapapun. Termasuk Samuel. Lalu aku memanggil pramusaji.

***

Sore Yang Basah. Suatu sore sepulang dari kampus, ternyata hujan di luar. Tanpa persiapan mantel atau payung, aku berusaha melintasi hujan. Hampir petang dan aku takut jika kemalaman sampai rumah, apalagi sendirian. Sebelum petang menghampiri, maka aku harus tiba di apartemen. Tadi pagi sewaktu aku berangkat, cuaca cerah dan panas. Tidak mendung dan hujan seperti saat ini. Selama di dalam kampus, aku tak sempat menengok keluar, tahunya hujan dan jalanan jadi basah. Akhir-akhir ini memang cuaca tidak bisa diprediksi. Sebentar panas, kemudian mendung dan hujan.

Aku berlari sambil melindungi tas rangsel bawaanku dengan tubuhku. Dengan jurus melipir, aku berteduh, dari satu bangunan ke bangunan lainnya hingga sampai jalan besar dan mencari taksi. Saat aku menunggu taksi, sesorang mendekatiku. Samuel!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun