“Bella, kamu mau makan apa?” kata Samuel saat tiba di kantin. Aku agak kaget, karena aku tadi berada dalam lamunan.
“Oh, maaf, terserah kamu saja Samuel, aku memilih makanan yang sama denganmu.”
“Hayoo, kamu ngelamun ya, sedang melamunkan yang di sana, kan? Siapa sih namanya, kalau aku boleh tahu...?”
Kali ini gantian aku yang memerah pipinya. Samuel memang belum tahu, bahwa aku telah memiliki kekasih, bernama Tom. Yang ia tahu, aku masih lajang dan belum memiliki cincin yang melingkar di jari manisku.
“Yee, Samuel pengin tahu aja.. ,” sahutku sambil tersenyum.
“Berharap, Bella, barangkali masih ada kesempatan hatimu membuka untukku.”
Aku terdiam. “Samuel, aku telah memiliki kekasih yang telah menungguku. Aku tipe orang yang setia,Samuel,” kataku dalam hati. Dan ia pasti tak pernah mendengarnya.
“Samuel, kamu sudah menentukan pengin makan apa?” kataku mengalihkan perhatiannya. Aku tak mau menyakiti siapapun. Termasuk Samuel. Lalu aku memanggil pramusaji.
***
Sore Yang Basah. Suatu sore sepulang dari kampus, ternyata hujan di luar. Tanpa persiapan mantel atau payung, aku berusaha melintasi hujan. Hampir petang dan aku takut jika kemalaman sampai rumah, apalagi sendirian. Sebelum petang menghampiri, maka aku harus tiba di apartemen. Tadi pagi sewaktu aku berangkat, cuaca cerah dan panas. Tidak mendung dan hujan seperti saat ini. Selama di dalam kampus, aku tak sempat menengok keluar, tahunya hujan dan jalanan jadi basah. Akhir-akhir ini memang cuaca tidak bisa diprediksi. Sebentar panas, kemudian mendung dan hujan.
Aku berlari sambil melindungi tas rangsel bawaanku dengan tubuhku. Dengan jurus melipir, aku berteduh, dari satu bangunan ke bangunan lainnya hingga sampai jalan besar dan mencari taksi. Saat aku menunggu taksi, sesorang mendekatiku. Samuel!