Suara senapan meletus. Dari arah depan, mengenai kaki Banu. Syukurlah. Tepat waktu. Banu tersungkur, tepat ketika ia hampir menyentuh lenganku dengan badiknya. Pak Johan memang penembak jitu. Tembakannya tepat sasaran dan tepat waktu.
***Â
Akhirnya...Â
Banyak orang berkerumun di rumah markas penjahat Banu. Semua korban yang tersekap dalam rumah semuanya selamat. Pak Johan dan seluruh anggota Kelompok Misi ini memberikan aku ucapaan selamat. Andara juga.
"Kakak, kamu hebat..!"
Aku hanya nyengir. Sehabis tegang tadi, aku hampir tak bisa berkata-kata. Pak Johan menghampiriku.
"Nanies, ada yang ingin aku bicarakan. Atasan kita, atasan dari Kelompok Misi kita ini ingin bertemu denganmu." kata Pak Johan.
Jadi? Kelompok Misi ini memiliki atasan, yang merancang semua ini? Siapa dia? Pasti orangnya pintar dan gagah. Pak Johan menuntunku ke suatu tempat. Mana? Mana orangnya? Yang ada juga cuma Papa. Papa pasti menjemput aku, karena dia pasti mencemaskanku. Ketika hampir mendekati Papa, pak Johan memberi hormat, dan menyalami beliau. Kok?
"Nanies, beliau inilah yang aku maksud."
Jadi? Papa? Pantesan. Sejak awal aku sudah curiga. Mengapa juga Andara disuruh ke toko Material, padahal biasanya minta tolong pada pak tukang.
"Papa....?"