Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Aku di Sarang Penyamun

3 Januari 2016   11:06 Diperbarui: 3 Januari 2016   12:35 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara senapan meletus. Dari arah depan, mengenai kaki Banu. Syukurlah. Tepat waktu. Banu tersungkur, tepat ketika ia hampir menyentuh lenganku dengan badiknya. Pak Johan memang penembak jitu. Tembakannya tepat sasaran dan tepat waktu.

*** 

Akhirnya... 

Banyak orang berkerumun di rumah markas penjahat Banu. Semua korban yang tersekap dalam rumah semuanya selamat. Pak Johan dan seluruh anggota Kelompok Misi ini memberikan aku ucapaan selamat. Andara juga.

"Kakak, kamu hebat..!"

Aku hanya nyengir. Sehabis tegang tadi, aku hampir tak bisa berkata-kata. Pak Johan menghampiriku.

"Nanies, ada yang ingin aku bicarakan. Atasan kita, atasan dari Kelompok Misi kita ini ingin bertemu denganmu." kata Pak Johan.

Jadi? Kelompok Misi ini memiliki atasan, yang merancang semua ini? Siapa dia? Pasti orangnya pintar dan gagah. Pak Johan menuntunku ke suatu tempat. Mana? Mana orangnya? Yang ada juga cuma Papa. Papa pasti menjemput aku, karena dia pasti mencemaskanku. Ketika hampir mendekati Papa, pak Johan memberi hormat, dan menyalami beliau. Kok?

"Nanies, beliau inilah yang aku maksud."

Jadi? Papa? Pantesan. Sejak awal aku sudah curiga. Mengapa juga Andara disuruh ke toko Material, padahal biasanya minta tolong pada pak tukang.

"Papa....?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun