Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Aku di Sarang Penyamun

3 Januari 2016   11:06 Diperbarui: 3 Januari 2016   12:35 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi Andara seperti tak menggubris suaraku. Bahkan ia tetap serius. Lalu tadi, ia memanggilku Nanies, tanpa embel-embel kakak, seperti biasanya ia memanggilku. Ada apa ini? 

"Okey Nanies, ini dokumen yang harus kamu masukkan dalam data. Jangan sampai ada yang tertinggal. Ini penting! Semua menyangkut perkumpulan kita." kata Pak Pemimpin yang berambut cepak. Dari bajunya, disisi dada kanan, terpampang tulisan agak besar, Johan. Oh, jadi ini pak Johan. 

"Baik pak Johan, segera saya laksanakan," jawabku. Meskipun aku masih bingung dengan apa yang terjadi, tapi aku merasa seperti terseret arus mereka, dan bisa mengikuti apa kemauan mereka. 

Demikian pula yang terjadi pada Andara. Tak biasanya ia bersikap tegas. Padahal selama ini ia manja padaku. Ia terlihat kokoh dan mandiri. Guratan wajahnya keras. Apa benar ia adikku? Entahlah, masa bodo. Aku harus menyelesaikan tugas, memasukkan data dokumen dari pak Johan. Segera, karena akan dikirim ke perkumpulan di kota lain. 

"Okey semuanya.. Jangan pernah merasa lemah, karena sebenarnya kita kuat! We will do all the best! Semangaat....!!" kata pak Johan.

Sontak semua menjawab, "Siaaap....!!" termasuk aku. 

***

Keesokan harinya... 

Ada meeting hari ini. Semua anggota perkumpulan harus ada di markas. Semua berjumlah sebelas orang. Rata-rata umur kami antara tujuh belas tahun hingga dua puluh tahun. Kecuali Pak Johan yang berumur kurang lebih tiga puluhan. Aku satu-satunya anggota perempuan. Semua anggota lainnya adalah laki-laki, termasuk pak Johan sebagai pemimpin dan Andara. Ternyata jabatan Andara termasuk tinggi, karena ia anggota ke 2 setelah pak Johan. Aku, anggota ke 11 dan baru tergabung kemarin. 

Misi kali ini adalah mengintai kelompok Banu, penjahat kelas kakap. Kelompok Banu termasuk lihai, karena sulit sekali dilacak. Tapi tidak untuk kelompok kami ini. Semua yang menjadi target harus berhasil diungkap. Motto kami, jangan pernah merasa lemah, karena kami sebenarnya kuat! Nah, tunggu apalagi? Let's do it!! 

Pak Johan yang datang belakangan, langsung memimpin meeting hari ini. Pertemuan kali ini tidak begitu resmi, bahkan pak Johan berbaju santai dan hanya bersendal jepit. Tidak seperti kemarin. Sepertinya ada penyamaran. Dan benar, pak Johan nantinya akan menyamar sebagai kuli panggul untuk mengintai komplotan Banu yang biasa mangkal di seputaran pasar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun