Mohon tunggu...
Wahid Romadhoni Wicaksono
Wahid Romadhoni Wicaksono Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N 1 Mojolaban

Guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Mojolaban yang sedang belajar menulis di media massa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

8 Desember 2022   09:49 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rintik hujan dan udara yang dingin membuat perasaan Nara semakin galau tidak karuan. Tanpa sadar Nara melamun. Sampai akhirnya bundanya datang dan membuat Nara tersadar dari lamunannya.

"Nara kamu ngapain? Jangan ngelamun gitu ngga baik"

"Eh bunda, Nara ngga ngelamun, bun."

"Kamu lagi mikiran apa? "

"Nara ngga mikirin apa-apa kok bun." Nara menjawab sambil tertawa kecil.

"Yaudah masuk kedalam aja udah mau maghrib juga."

"Iya, bun."

Nara memang suka menyimpan perasaannya. Ia tidak mau ada orang lain tahu tentang masalahnya.  Menurutnya untuk apa menceritakan masalah kita ke orang lain. Mereka juga punya masalah sendiri yang harus diatasi. Lagipula belum tentu mereka menanggapi masalah yang kita ceritakan. Jadi lebih baik menyimpannya sendiri. Seperti biasa setelah sholat maghrib ia mengaji lalu makan. Ia belajar setelah isya hingga larut malam. Ia yang tidur paling akhir diantara ayah, bunda, dan kakaknya. Tidak heran jika mata Nara seperti mata panda. Tugas sekolah yang begitu banyak membuatnya harus begadang setiap malam. Sesekali Nara video call dengan sahabatnya. Tidak berbeda jika di sekolah, saat video call pun mereka sangat cerewet. Ada saja yang mereka jadikan bahan candaan. Nara bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Setidaknya Nara bisa mengalihkan pikirannya ke hal yang membuatnya lupa sejenak tekanan hidupnya. Sebenarnya Nara termasuk anak yang ceria, aktif, juga cerewet seperti teman-temannya. Tapi tidak ketika Nara sedang sendiri. Ia merasa murung. Sangat berbeda ketika ia sedang bersama teman-temannya.

 Pagi itu cerah sekali. Nara menikmati udara pagi itu. Ia sangat bersyukur masih diberi kesempatan melihat indahnya pagi ini. Seperti biasa, sesampainya di kelas keempat sahabatnya itu sudah tiba dan menyambut Nara dengan hot news yang baru mereka dapat. Entah darimana mereka bisa mendapat hot news pagi-pagi seperti ini. Nara tidak seupdate mereka. Ia tahu jika temannya memberi tahu. Rasanya Nara tidak sempat untuk selalu update seperti mereka.

"Eh kak Dimas jadian sama kak Tata, harapan pupuss." Kata Aurel.

"Syukur deh kalo jadiaannya sama kak Tata. Daripada sama kamu Rel wkwlwk."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun