Mohon tunggu...
Wahid Romadhoni Wicaksono
Wahid Romadhoni Wicaksono Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N 1 Mojolaban

Guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Mojolaban yang sedang belajar menulis di media massa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

8 Desember 2022   09:49 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          "Aku yang minta Nadin buat nyamperin kamu. Aku yakin Nadin bisa bantu kamu buat bangkit. Aku suka kamu sejak kita sama-sama nunggu hujan reda waktu pulang sekolah di deket parkiran. Ngga seharipun aku lewatkan buat ngga nyari tahu tentang kamu Ra. Tapi aku cuma bisa diem waktu itu dan ngga bisa nyatain perasaanku ke kamu karena aku mau fokus sama impian ku dulu. Dan akhirnya aku bisa ngomong ini semua ke kamu Ra."

          Nara terdiam beberapa saat. Ia masih tidak percaya apa yang dirasakannya sama seperti yang dirasakan Tantra. Nara jatuh hati pada Tantra pertama kali disaat yang sama. Saat menunggu hujan reda sepulang sekolah di dekat parkiran. Dan saat Nara terpuruk waktu itu, ia menuliskan sebuah surat yang isinya tentang perasaannya kepada Tantra. Dan diakhir surat itu tertulis sebuah kalimat.

          "I pray you get what you're wishing for.

          But if you don't, I pray you get better. 

          See you on top."

          Nara ingin ketika ia telah sukses, bisa bertemu dengan Tantra dan memberikan surat itu kepadanya. Entah Tantra sudah bersama orang lain atau belum ia tetap memberikannya. Ia ingin Tantra tahu perasaan yang dipendamnya sejak dulu. Jujur saja Nara selalu membawa surat itu. Akhirnya perasaan mereka saling terbalaskan. Mereka mendapatkan impiannya dan kebahagiaan hatinya. Nara sudah berhasil mewujudkan mimpinya dan membahagiakan keluarganya. Tantra juga sudah berhasil menjadi seorang pilot yang ia dan orang tuanya cita-citakan. Memang benar, semua indah pada waktunya. Walaupun kebahagian masa SMA yang Nara harapkan seperti anak SMA lainnya tidak ia rasakan. Disaat semua temannya merasakan kebahagian itu. Disaat semua temannya bisa bersenang-senang, tidak bagi Nara. Ia harus merasakan pahitnya kehidupan. Tekanan hidup yang membuatnya terjatuh dan rapuh. Sampai akhirnya ia bisa bangkit dan melewati semuanya. Hingga ia terlalu kuat untuk mudah jatuh dan rapuh lagi. Allah memang Maha Baik. Allah memberikan yang terbaik diwaktu yang tepat. Tidak terlalu cepat dan tidak terlambat. Hanya saja butuh kesabaran dan perjuangan untuk mendapatkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun