Mohon tunggu...
Wahid Romadhoni Wicaksono
Wahid Romadhoni Wicaksono Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP N 1 Mojolaban

Guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Mojolaban yang sedang belajar menulis di media massa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Secercah Harapan

8 Desember 2022   09:49 Diperbarui: 8 Desember 2022   09:57 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

          "Engga segampang itu Din. Bayangin aja keadaan keluarga kamu lagi terpuruk banget. Bahkan buat ngelanjutin hidup esok harinya kamu belum tau mau gimana. Gimana mau mikirin impian kalo mikir biaya buat hidup sehari-hari aja masih belum tahu. Apa mungkin bisa ngeraih impian yang segitu tingginya dengan keadaan kayak gitu?"

          "Nothing impossible. Hidup ini pilihan Ra. Ngga ada kata bisa atau ngga bisa, yang ada mau atau ngga mau. Ya emang sih ini ngga gampang. Tapi kalo kamu mau, kamu punya niat, kamu pasti bisa. Banyak jalan buat kamu sampai ke tujuan mu Ra. Jangan jadiin keadaan yang menimpa kamu sekarang jadi alasan buat kamu nyerah. Percaya sama Allah. Allah lagi ngelatih mental kamu Ra. Biar kamu jadi manusia yang ngga lemah."

          "Makasih ya Din. You raise me up."

          "Iya sama-sama Ra."

          Apa yang dikatakan Nadin benar-benar menyadarkan Nara. Ia harus bangkit. Ia tidak boleh stuck disini. Ia harus meraih impiannya dan membahagiakan keluarganya. Nara menata kembali pikirannya yang kacau. Ia memfokuskan untuk impiannya. Ia menyingkirkan pikiran-pikiran yang mengganggu fokus Nara. Termasuk tidak memberi ruang pada pikirannya untuk memikirkan seseorang yang membuatnya jatuh hati. Ia memendam dalam-dalam perasaan itu tanpa membiarkan sedikitpun perasaan itu untuk tumbuh. Nara menyingkirkan semua perasaan itu dan hanya menatap satu tujuan. Impian.

           Hari demi hari berganti. Semangat Nara semakin membara. Ayahnya akhirnya sudah mendapat pekerjaan walaupun pendapatannya tidak seberapa. Ibu Nara sekarang berjualan makanan di rumah. Kak Hesa sekarang bekerja part time disebuah coffee shop. Dan Nara sendiri, ia hanya bisa membantu ibunya berjualan ketika sepulang sekolah. Mereka sangat bersyukur dengan apa yang mereka terima sekarang. Dengan kesederhanaan mereka menciptakannya menjadi kebahagiaan. Meski mereka masih hidup pas-pasan.  Nara semakin giat belajar. Ia ingin bisa mendapat beasiswa prestasi. Makanya dia belajar sangat giat. Nara tidak pernah menghiraukan rasa lelahnya. Nara selalu bangun jam empat pagi untuk belajar. Sepulang sekolah, ia membantu ibunya berjualan di rumah, ia juga membersihkan rumah. Belum lagi harus mengerjakan tugas yang sangat banyak. Terlihat sangat melelahkan. Tapi Nara ikhlas menjalaninya.

****

          Tidak terasa kelas XI akhirnya berakhir, itu artinya perjuangan masa SMA yang sebenarnya sudah didepan mata. Ya, kelas XII memang saatnya untuk berjuang. Tidak boleh menunda belajar atau bahkan malas belajar. Nara benar-benar fokus. Ia berjuang mati-matian demi beasiswa yang ia inginkan. Teman-teman Nara sangat salut dengan kegigihan Nara. Mereka semua yakin kalau Nara bisa mendapatkannya. Tidak ada hal yang menjadi penghalang bagi Nara untuk ia belajar. Walaupun lelah sekalipun. Terkadang orang tua Nara menyuruhnya untuk beristirahat. Tapi Nara tetap saja belajar. Sebisa mungkin Nara menjaga agar dirinya tidak sakit. Karena kalau sakit itu akan mengganggu belajarnya.

          Dan ini saatnya semua kelas XII mendaftar ke perguruan tinggi. Semua siswa sibuk bertanya satu sama lain mau kemana mereka akan melanjutkan kuliah.

          "Ra, kamu jadi ikut tes beasiswa kedokteran?" Tanya Aurel.

          "Iya, Rel jadi. Doain yaa. Btw kamu mau daftar jurusan apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun