Aurel adalah teman sebangku Nara, tidak seharipun Nara dan Aurel tidak berdebat. Pasti ada saja yang membuat mereka berdebat tidak jelas. Selain Aurel, Nara punya tiga teman dekat, namanya Hana, Raisa, Adel. Mereka berlima teman yang sangat dekat. Persahabatan mereka membuat iri banyak orang.
 Bel pulang sekolah berbunyi tanda berakhirnya pelajaran hari ini. Rasanya lelah sekali hari ini. Ulangan berturut-turut juga tugas yang banyak. Semua siswa merasakan lelahnya sekolah hari ini. Nara bergegas menuju parkiran bersama keempat sahabatnya. Mereka mengajak Nara untuk sekadar makan sebentar di tempat makan didekat sekolahnya. Banyak anak SMA yang datang ke sana karena memang tempatnya yang  asik bagi anak-anak SMA. Tetapi, Nara menolaknya. Ia tidak bisa ikut dengan teman-temannya.
"Ra, makan di warung sebelah yuk." Ajak Hana.
"Sorry aku ngga bisa, aku harus pulang sekarang. Capek juga wkwkw." Jawab Nara.
"Yah Nara ngga asik."
"Iyanih Nara ngga asik deh."
Sahut teman-temannya.
"Lain kali aja , yaudah aku duluan ya, byee." Pamit Nara
"Hati-hati, Ra".
Saat perjalanan pikiran Nara kemana-mana. Ingin rasanya Nara ikut teman-temannya. Tapi apadaya ia harus berhemat. Ia tidak mau menyusahkan orang tuanya lagi dengan terus meminta uang. Lagi pula lebih baik waktunya digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat daripada hanya sekadar nongkrong. Memang kita juga perlu main agar pikiran kita tidak jenuh karena kegiatan sekolah yang semakin melelahkan. Tapi bagi Nara itu sudah ada waktunya. Kapan ia harus main dan kapan ia harus fokus belajar. Mungkin teman-teman Nara yang melihat kehidupan Nara itu membosankan dan terlalu tegang. Tapi, ya memang itu adanya. Nara juga merasakan itu sebenarnya. Ia kerap merasa jenuh. Tapi Nara sudah biasa. Jadi tidak masalah baginya.
 Sesampainya di rumah Nara langsung mandi agar capeknya tidak terlalu terasa. Setelah itu ia makan. Kemudian ia membaca novel kesukaannya. Novel tentang cerita masa remaja yang menyenangkan. Disela-sela ia membaca novel terlintas dipikirannya "Apakah masa SMA ku akan begini-begini saja? Penuh kejenuhan dan tekanan."