Disaat itu saya menangis, begini inilah pengorbanan yang saya berikan untuk suatu perjuangan. Memimpin unjuk rasa dalam keadaan lapar, anak-anak di rumah pun belum makan namun, amanah tetap saya jalankan.
Tetapi, sesudah itu apa yang saya bisa dapatkan dari PDI Perjuangan atas segala  perjuangan dan pengorbanan yang saya berikan. Tidak ada !
Malah, saya dilupakan oleh PDI Perjuangan. Sudah 21 (duapuluh satu) tahun lamanya PDI Perjuangan berkiprah tidak satu pun jabatan atau kedudukan yang saya emban di dalam partai. Padahal, kalau dipikir-pikir sayalah yang menjadi bidannya secara tidak langsung atas lahirnya PDI Perjuangan tersebut.
Kami yang ada di Medanlah yang lebih dahulu melakukan perlawanan baru disusul oleh Jakarta yang mengadakan unjuk rasa pada tanggal 21 Juni 1996, bertepatan dengan hari wafatnya Bung Karno.
Kini banyak orang-orang pendatang baru, pahlawan-pahlawan kesiangan, yang menguasai partai. Sewaktu kami berjuang dahulu dimana mereka ? Sudah aman baru ramai-ramai masuk partai, selagi masih gawat semuanya menghindar.
Dan, tulisan ini sekaligus untuk dipersembahkan kepada Partai PDI-Perjuangan yang berulang tahun ke 45 (10 Januari 1973 -- 10 Januari 2018).
Semoga cita-cita PDI-Perjuangan dalam memajukan dan membela rakyat Indonesia semakin meningkat dan lebih solid.Â
Merdeka!! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H