Kala berjalan menghampiri Jihan dan mengulurkan tangan nya untuk membantu Jihan berdiri, Jihan masih menatap abang nya itu dengan tatapan setengah kesal dan ingin tertawa. Lihat saja bagaimana Kala sekarang, sudah seperti anak kucing yang dimarahi ibunya.
   Pada akhirnya ia menerima uluran tangan Kala, mereka berdua berhadapan sampai Kala berbicara, "maafin abang" ucap nya masih menunduk dihadapan sang adik. Jihan sebenarnya sudah ingin tertawa tapi buru-buru ia mengontrol ekspresi nya, seru juga menjahili Kala, pikirnya.
   "Gamau" tolaknya
   "Yahh.. pliss dong maafin" Kala sampai menggoyangkan tangan Jihan.
   "Sakit tau pantat aku" sanggah nya.
   "Yaudah nanti dibawa ke dokter" ucap Kala melebih-lebih kan
   Saudara nya yang lain sudah ingin tertawa sedari tadi, karena FYI ini sudah direncanakan oleh mereka, berpura-pura marah kepada Kala, kalau soal jatuh nya itu diluar rencana ya. Sebenarnya kesalahan dia memang tidak seberapa, mereka kesal saja dengan kelakuan Kala selama ini, sekali-kali menjahili nya tidak apa bukan?
   "Apaan jatoh doang dibawa ke dokter" kesal Jihan
   "Ya terus gimana atuh adek??" pasrah Kala.
   "Gatau"
   "Ah kamu mah sok gitu, yaudah deh adek mau makan apa?" akhirnya Kala memilih opsi yang paling takut ia ucapkan, si Jihan ini kalo urusan makanan dia nomor 1, ga Jihan doang sih, yang lain juga sama saja.