Mohon tunggu...
Vina Ameliasari
Vina Ameliasari Mohon Tunggu... Freelancer - L.U.C.U

Everyday is sunday

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karakteristik Peserta Didik di Sekolah Dasar

11 November 2019   22:36 Diperbarui: 22 Juni 2021   18:28 21024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Salah satu tahap penting dalam proses perencanaan pembelajaran di sekolah dasar yang penting adalah melakukan analisis karakteristik siswa."

1.PENDAHULUAN

Dalam perencanaan pembelajaran sangat dibutuhkan kemampuan, keterampilan dan kejelian desainer pembelajaran untuk menganalisis situasi dan keadaan tertentu siswanya. 

Setiap siswa dan kelompok kelas memiliki karakter, ciri khas, dan kemampuan yang berbeda-beda, sehingga perlakuan yang sama terhadap semua siswa dan kelompok kelas justru akan mengakibatkan kurang maksimalnya proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. 

Oleh karena itu salah satu tahap penting dalam proses perencanaan pembelajaran yang penting adalah melakukan analisis karakteristik siswa.

Dalam proses pembelajaran guru harus menjadikan karakteristik siswa sebagai salah satu tolok ukur bagi perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar didalam kelas. 

Proses belajar mengajar di sekolah dasar memiliki corak yang berbeda dengan proses belajar mengajar di sekolah menengah. Karakteristik yang ada pada siswa itu sesuai dengan tahap-tahap perkembangan siswa. Misalnya, keberhasilan dalam bidang akademik di sekolah dasar menjadi hal utama sebagai salah satu pencapaian keberhasilan seorang siswa.

Memahami heterogenitas siswa berarti menerima apa adanya mereka dan merencakan pembelajaran sesuai dengan keadaannya. Program pembelajaran di sekolah dasar akan berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik siswa yang belajar. 

Smaldino dkk mengemukakan empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis karakter siswa: (1) Karakteristik umum; (2) kompetensi atau kemampuan awal; (3) gaya belajar; (4) motivasi.

Baca juga : Urgensi Bimbingan Konseling di Lingkungan Sekolah Luar Biasa

2.PEMBAHASAN

Karakteristik Umum

Karakteristik umum pada dasarnya adalah menggambarkan tentang kondisi peserta didik seperti usia, kelas, pekerjaan, dan gender. Karakteristik siswa merujuk kepada ciri khusus yang dimiliki oleh siswa, dimana ciri-ciri tersebut dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pencapaian tujuan belajar. 

Karakteristik siswa merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh masing-masing siswa baik sebagai individu atau kelompok sebagai pertimbangan guru dalam proses pengorganisasian pembelajaran. 

Winkel mengaitkan karakteristik siswa dengan penyebutan keadaan awal, dimana keadaan awal itu bukan hanya meliputi kenyataan pada masing-masing siswa melainkan pula kenyataan pada masing-masing guru.

Cruickshank mengemukakan beberapa karakteristik umum siswa yang perlu mendapatkan perhatian dalam mendesain proses atau aktivitas pembelajaran, yaitu: (1) kondisi sosial ekonomi, (2) faktor budaya, (3) jenis kelamin, (4) partumbuhan, (5) gaya belajar dan (6) kemampuan belajar. 

Semua karakteristik yang bersifat umum perlu dipertimbangkan dalam menciptakan proses belajar yang efektif dan dapat membantu individu mencapai kemampuan yang optimal.

Analisis karakteristik awal siswa merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman tentang; tuntutan, bakat, minat, kebutuhan dan kepentingan siswa, yang berkaitan dengan suatu program pembelajaran tertentu. 

Tahapan ini dipandang begitu perlu mengingat banyak pertimbangan seperti; siswa, perkembangan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan program pendidikan/pembelajaran tertentu yang akan diikuti siswa.

Berikut akan dijelaskan tentang perkembangan peserta didik dari segi usia, fisik, psikomotorik dan akademik bagi anak di sekolah dasar.

1. Perkembangan Fisik

Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu 

(1) Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; 

(2) Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik;

(3) Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan 

(4) Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

Baca juga : Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengembangkan Potensi Bakat Peserta Didik di Masa Pandemi Covid-19

a) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak -- kanak

1) Usia 0 -- 5 tahun

Perkembangan kemampuan fisik pada usia anak kecil ditandai dengan anak mampu melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, yaitu gerakan gerakan berjalan, berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar, menangkap, atau gerakan yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih basar sebagai akibat partumbuhan jaringan otot lebih besar. 

Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembangan fisik pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan keseimbangan berkembang dengan baik.

2) Usia 5-8 tahun

Pada tahap ini waktu perkembangan akan lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot-otot kecil, kesehatan umum relatif tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.

3) Usia 8-9 tahun

Terjadi perbaikan koordinasi anggota tubuh, ketahanan tubuh bertambah, anak laki-laki cenderung menyukai aktivitas yang ada hubungannya dengan kontak fisik seperti berkelahi dan bergulat, koordinasi mata dan tangan juga lebih baik, sistem peredaran darah masih belum kuat, koordinasi otot dan syaraf masih kurang baik, dari segi psikologi anak perempuan lebih maju satu tahun dari lelaki.

4) Usia 10-11 tahun

Kekuatan anak laki-laki lebih kuat dari perempuan, Kenaikan tekanan darah dan metabolism yang tajam. Perempuan mulai mengalami kematangan seksual pada usia 12 tahun, lelaki hanya 5% yang mencapai kematangan seksual. (Santrock, 2007: 161)

1.Perkembangan Psikomotorik
Loree menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama yang bersifat universal dan harus dikuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda (prehension). 

Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan sebutan bermain (playing) dan bekerja (working). 

Sementara Gessel menjelaskan bahwa perilaku motorik itu meliputi gerakan tubuh, koordinasi, dan keahlian motorik khusus. (Salkind, 2010: 87)

Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah 

(1) bahwa perkembangan itu berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan 

(2) dan yang kasar dan global (gross bodily movements) kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated mo-- vements).

3. Karakteristik Perkembangan Akademik

Karakteristik perkembangan akademik ini dijelaskan dengan menggunakan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Kemampuan akademik berkaitan dengan cara kerja otak. Adapun perkembangan kognitif itu meliputi:

a) Tingkat sensori motor pada umur 0-2 tahun

Bayi lahir dengan refleks bawaan, dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang telah lebih kompleks. Pada masa ini anak belum mempunyai konsepsi tentang objek tetap. Ia hanya mengetahui hal-hal yang ditangkap oleh inderanya.

b) Tingkat pra operasional pada umur 2-7 tahun

Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dapat dijumpai atau dilihat di dalam lingkungannya saja. 

Baca juga : Kaca Mata Bimbingan dan Konseling : Pandemi Covid-19 Membatasi Aktivitas Anak Berkebutuhan Khusus

Baru pada menjelang akhir tahun ke-2 anak telah mengenal simbol dan nama:

1)Anak dapat mengaitkan pengalaman yang telah ada dan di alami di lingkungan bermainnya dengan pengalaman pribadinya, dan karenanya ia menjadi egois.

2)Anak belum memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang membutuhkan usaha lebih berikifikir tajam "yang dapat di balik" (reversible). Pikiran mereka bersifat ireversible.

3)Anak belum mampu melihat dua aspek dari satu objek atau situasi sekaligus dan belum mampu bernalar (reasoning) atau membayangkan secara induktif dan deduktif.

4)Anak bernalar secara tranduktif (dari khusus ke khusus), juga belum mampu membedakan antara fakta dan fantasi

5)Anak belum memiliki konsep kekekalan (kuantitas, materi, luas, berat dan isi)

6)Menjelang tahap akhir ini, anak sudah  mampu memberi alasan mengenai apa yang mereka percayai. Anak dapat mengklasifikasikan objek ke dalam kelompok yang hanya memiliki satu sifat tertentu dan telah mulai mengerti konseo yang konkrit.

c) Tingkat operasional konkrit pada umur 7-11 tahun

Anak telah dapat mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak, kecakapan kognitif anak adalah:
1) Kombinasivitas atau klasifikasi
2) Reversibelitas
3) Asosiativitas
4) Identitas
5) seriasi

Selanjutnya Brunner mengatakan bahwa perkembangan kognisi seorang  anak bisa dimajukan dengan jalan mengatur bahan pelajaran. 

Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan kognitif ada 4 faktor :

a)Lingkungan fisik; kontak dengan lingkungan fisik perlu adanya, karena interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru dan dapat menambah pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.

b)Kematangan, artinya membuka kemungkinan untuk dapat berkembang sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi kognitif

c)Pengaruh sosial, artinya termasuk penanaman bahasa dan pendidikan tentang pentingnya lingkungan sosial adalah pengalaman seperti itu seperti pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif;

d)Proses pengaturan diri yang disebut equilibrasi, Proses pengaturan bukannya "penambah" pada ketiga faktor yang lain. alih-alih ekuilibrasi mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial, dan perkembangan jasmani. 

Ekuilibrasi dapat menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun dengan baik.

Analisis sederhana yang dilakukan oleh guru di sekolah dasar sebelum memulai program pembelajaran sering kali membawa dampak yang positif dan berpengaruh untuk perkembangan anak.

Cara sederhana untuk mengetahui karakteristik siswa sekolah dasar dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pretes. Cara ini telah terbukti efektif untuk digunakan dalam mengetahui profil siswa yang akan menempuh pembelajaran di kelas.

Kebutuhan Peserta Didik Siswa SD

1. Anak SD Senang Bermain.

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih -- lebih untuk kelas rendah. 

Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan didalamnya agar pembelajaran yang dilakukan lebih menarik dan tidak membosankan. 

Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsure permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

2. Anak SD Senang Bergerak.

Orang dewasa dapat duduk berjamjam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. 

Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya kegiatan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan dan sangat membosankan.

3. Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok.

Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), belajar menghargai orang lain, mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. 

Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. 

Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 34 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok atau menyelesaikan suatu permainan yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran  dalam satu kelompok tersebut.

4. Anak SD Senang Merasakan atau Melakukan dan memperagakan Sesuatu Secara Langsung.

Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. 

Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsepkonsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan,  jenis kelamin, moral, dan sebagainya. 

Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. 

Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.

Implikasi Karakteristik Peserta Didik terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Bagi Anak Usia Sekolah Dasar

1) Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. 

Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

2) Menurut Havighurst tugas perkembangan anak usia SD adalah sebagai berikut :

a.menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik,
b.Membangun hidup sehat mengenai diri sendiri dan lingkungan.
c.Belajar bergaul dan bekerja antar teman  dalam kelompok sebaya,
d.Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin
e.Mengembangkan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. agar nantinya diharapkan mampu berpartisipasi dalam masyarakat,
f.Mengembangkan konsep-konsep hidup yang perlu dalam kehidupan.
g.Mengembangkan kata hati, moral, dan nilainilai sebagai pedoman perilaku.
h.mencapai kemandirian pribadi.

Tugas perkembangan tersebut mendorong guru SD untuk :

1)Menciptkaan lingkungan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik,
2)Melaksanakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya sehingga kepribadian sosialnya berkembang,
3)Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep; serta
4)Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilainilai sehingga siswamampu menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya. Pendidikan di SD merupakan jenjang pendidikan yang mempunyai peranan sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

3. PENUTUP
Karakteristik siswa yang akan menempuh program pembelajaran, perlu diketahui oleh guru untuk memudahkan dalam menentukan tujuan, metode, dan media pembelajaran, serta materi pelajaran yang akan digunakan untuk memfasilitasi proses belajar siswa. 

Karakteristik umum meliputi faktor-faktor kecerdasan, usia, kondisi sosial, dan ekonomi. 

Faktor ini merupakan karakteristik yang bersifat umum yang secara tidak langsung ikut memengaruhi keberhasilan siswa dalam menempuh aktivitas pembelajaran di kelas.

Perhatian yang seksama tentang karakteristik umum siswa pada dasarnya dapat membantu guru untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. 

Pemahaman tentang karakteristik siswa juga akan memudahkan guru untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang siswa yang akan menempuh program pembelajaran.

REFERENSI

Piaget, Jean. &Barbel Inhelder. 2010. The Psychology of Child . Terj. Miftahul Jannah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Alfin, Jauharoti. 2015. Analisis Karakteristik Siswa pada Tingkat Sekolah Dasar. Prosiding Halaqoh Nasional dan Seminar Internasional Pendidikan Islam. Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Budiningsih, C.A. 2011. Karakteristik siswa sebagai pijakan dalam penelitian dan metode pembelajaran. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 1(30), hlm. 160-173.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun