"Kemana kalian akan mengirim pesan?" teriak sang petugas dengan menggunakan pengeras suara.
Kebanyakan dari mereka menjawab akan mengirim pesan kepada keluarga mereka di rumah, namun Piere kecil membuat sang petugas menghampirinya.
"Ke masa lalu, kepada nenek moyangku," kata Piere.
"Baiklah, kamu dapat antrian selanjutnya," kata petugas.
Akhirnya tiba giliran Piere untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang berbentuk tabung. Dalam ruangan tersebut, Piere melihat bagaimana nenek moyangnya yang hidup ditahun 2018.Â
Piere sangat kagum dengan bentuk bangunan yang sangat beragam ditahun tersebut. Dalam layar tersebut, Piere melihat sebuah tempat yang banyak airnya, yakni laut. Namun, ketakjuban Piere kepada nenek moyangnya hancur seketika. Piere kembali teringat apa yang telah dilakukan nenek moyangnya kepadanya. Dia ingin segera menulis pesan dan segera disampaikan kepada nenek moyangnya.
Piere menulis surat untuk nenek moyangnya terdahulu. Surat itu sampai di tahun 2018. Ketika dunia masih membutuhkan nasi untuk dimakan. Ketika hutan masih ada namun kerusakannya tidak tanggung-tanggung. Ketika lautan bukan menjadi tempat tinggal ikan tapi bak sampah raksasa.
"Jagalah bumi untuk anak cucu kita nanti!" itulah isi surat Piere.
Sebuah kalimat sederhana yang Piere tulis akhirnya terkirim ke tahun 2018. Kedatangan surat tersebut ternyata hanya didengar oleh sebagian manusia saat itu.Â
Surat itu tidak pernah diperhatikan oleh nenek moyang Piere. Mereka tidak sadar bahwa ketidakpeduliannya terhadap bumi membuat generasinya di masa depan kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Surat itu sampai ke tahun dimana penebangan pohon semakin gencar dilakukan yang menyebabkan bumi semakin panas setiap harinya.
***