"Demi Allah, Anda telah melempar saya ke dalam lautan ilmu, dan tiada seorang pun yang dapat menolong kecuali Anda belaka"
Si Raja diam tak berkutik mendengar pertanyaan Sang Badui. Ibarat main catur ia telah keok terperenyak terkena skakmat tiga langkah.
"Wah bagaimana sampean ini, katanya raja. Kok mendapat satu masalah saja sudah keok, seharusnya Anda ini lebih hebat menjawab persoalan dibanding saya yang badui ini"
Dengan sikap hormat Si Raja menjawab,
"Sungguh Anda adalah orang yang tinggi sekali derajat ilmunya, maka saya memohon jabarkanlah jawaban atas persoalan yang Anda berikan tadi"
Sang Badui pun menjawab,
"Saya akan menjabarkan jawaban, tapi ada syaratnya. Anda harus memperbaiki perkara yang pecah di negeri ini, mengasihi para fakir dan jangan berlaku sewenang wenang terhadap mereka"
"hubban wa karomatan" dengan takzim Sang Raja berucap, yang dalam bahasa jawa dapat diartikan "Inggih"/ "sendika dawuh"
Sang Badui menjabarkan,
"Pemuda itu adalah ia yang melihat budak perempuan yang bukan miliknya di waktu subuh, maka hukumnya haram, lalu di waktu duhur ia membelinya, maka hukumnya halal. Masuk waktu asar, budak itu dimerdekakan, maka hukumnya haram lagi. Waktu magrib tiba, ia menikahinya, maka hukumnya berubah halal. Masuk waktu Isya, ia menceraikannya, hukumnya ganti haram lagi. Masuk waktu subuh, ia merujuknya kembali, maka berganti halal lagi. Masuk waktu zuhur, ia mendziharnya maka hukumnya haram lagi. Masuk waktu asar, ia membayar kafarat dzihar maka hukumnya berubah halal. Ketika masuk waktu magrib, ia keluar dari islam (murtad) maka hukumya haram. Dan Ketika waktu Isya' tiba ia bertaubat, maka hukumnya berubah menjadi halal lagi.
Sang Raja pun merasa lega dan bahagia atas jawaban yang diuraikan serta memberikan kepada badui sekarung emas sebanyak 1000 dirham sebagai bentuk hadiah, namun ia menolak secara halus. Ia berkilah bahwa sekarung emas tidaklah berhak diterimanya, masih banyak di luar sana para fakir yang pantas untuk diberi. Padahal Sang Raja memberi semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya belaka, akan tetapi ia dengan santun menolaknya. Ia mengatakan bahwa apa yang diberikan sudah otomatis mendapat balasan, jadi tidak perlu diberi lagi.