Mohon tunggu...
Theophane Venard Vederico
Theophane Venard Vederico Mohon Tunggu... Lainnya - sekul

baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Revolusi Tak Butuh Cinta

23 Maret 2024   09:51 Diperbarui: 28 Maret 2024   22:47 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suasana politik sedang genting, demonstrasi terjadi dimana-mana, perang ideologi semakin sengit, bau-bau pemberontakan sudah tercium. Rakyat sangat marah, rakyat kelaparan dan hanya makan gaplek, sementara istana kepresidenan hidup dengan penuh kemewahan. 

Presiden dengan masa jabatan seumur hidup tak kunjung ganti, menteri-menteri payah terus menjabat, bank sentral negara tak lagi independen dan dikendalikan pemerintah yang tak tahu cara mengendalikan ekonomi. Inflasi tak terkontrol, harga-harga menjulang tinggi, uang sudah tak ada lagi gunanya. Tinggal menunggu waktu saja, maka akan terjadi kekacauan yang besar!

***

Matahari bersinar cerah menghangatkan kulit. Terasa angin silir di pinggir pantai di pulau yang indah. Hanya ada satu hotel mewah nan megah di hotel itu. 

Dari situ ada seorang pria yang sedang berlibur bersama keluarganya serta bawahan-bawahannya. Pria itu merupakan orang penting di suatu negara, dan dihormati di beberapa kalangan rakyat. Tampak ia sedang berbicara dan didengarkan serius oleh beberapa orang, Ia  sedang berpidato berapi-api.

"Kita harus bisa menguasai negara ini!"

Tiba-tiba ia diingatkan oleh istrinya yang penuh perhatian kepadanya. "Mas... lebih baik kamu istirahat terlebih dahulu, sudah sedari kemarin kamu terlalu berapi-api dengan gagasanmu tetapi kamu melupakan kesehatanmu." Ucap Aime.

"Tuan betul kata istri tuan, lebih baik tuan istirahat sejenak agar besok tuan bisa berpidato dengan baik dan tidak terganggu oleh masalah kesehatan tuan." Ucap salah seorang anak buah.

"Istriku, selama ini kau selalu perhatian dan setia denganku. Apakah engkau benar benar menyayangiku?

"Maksud kamu ini apa mas? Tentu lah aku benar benar menyayangimu, aku selalu menemanimu dimanapun kamu berada. Pada saat kampanye, aku selalu mendukungmu dari belakang layar, meskipun aku tak pernah tampak di media." Ucap Aime.

"Aku ingin bertanya satu hal lagi. Jika aku tertangkap oleh negara atau badan intelijen asing, apakah engkau masih tetap setia bersamaku dimanapun aku berada?" 

"Mas ingat-ingat perkataanku ini, aku akan tetap selalu bersamamu apapun kondisinya. Kau ingat kita sudah menjadi satu bukan? Apapun ideologimu, apapun pandanganmu, aku pasti akan selalu mendukungmu." Ucap Aime.

"Istriku Ami... aku bersyukur memilikimu , aku akan memperjuangkan ideologiku mati-matian."

Gusti Raden Sujatmo Suryaningsih merupakan seorang politikus Indonesia, ia pernah berkuliah di Oxford University, Inggris. Ia merupakan seorang bangsawan, yang memiliki rasa empatinya terhadap rakyat kecil. Ia aktif berorganisasi sejak berusia 19 tahun. Ia pernah mengikuti Himpunan Mahasiswa Pelajar Luar Negeri (HMPLN) dan Perkumpulan Orang Terpelajar Indonesia (POTI). 

Ia memiliki jalinan relasi dengan banyak politikus penting di seluruh dunia, seperti orang-orang dari partai Nazi Jerman, orang-orang komunis Uni soviet, orang-orang komunis di Amerika Tengah dan Amerika Latin, dan orang orang komunis di Asia seperti Tiongkok, Korea Utara, Vietnam, Kamboja, dan lain-lain. Sujatmo sangat membenci paham Liberalisme dan  Kapitalisme.

Sejak tahun 1940 saat Sujatmo masih kuliah, Sujatmo keluar negeri meninggalkan Aime untuk menempuh pendidikannya. Sujatmo berkuliah di Inggris selama 4 tahun, dia berjuang untuk negaranya selama ia berkuliah. Tahun 1946 dia memiliki teman yang mengenalkan paham kiri kepadanya. 

Dia mengunjungi Moskow bersama temanannya itu dan diperkenalkan kepada elit-elit Komunis Soviet. Pelan-pelan ia berubah haluan ke arah paham komunis-sosialis yang sebelumnya ia berpaham nasionalis-patriotis dan sedikit liberal. Pada saat masa-masa perang dunia ke-2 rentang, ia mengagumi Adolf Hitler yang pada saat itu tengah menginvasi Belanda. Ia pindah ke Inggris untuk melanjutkan kuliah di Oxford. 

Lalu ia bergabung dengan anggota komunis bawah tanah di negara Inggris pada tahun 1949, lalu pulang ke Indonesia pada tahun 1950 dan bertemu Harun dan Broto rekan seperjalanannya. 

Sujatmo langsung menemui Aime yang dengan setia menunggunya 10 tahun, walau tetap surat-menyurat sesekali. Lalu dengan cepat ia membuat partai baru, yaitu Partai Komunis-Nasionalis Indonesia (PKNI). Dengan cepat partai itu bertumbuh besar ke permukaan dan segera dikenal oleh masyarakat karena gagasan dan ideologinya yang kuat.

Suatu ketika Sujatmo bertemu dengan rekan partainya, ia sedang berbincang-bincang mengenai hal apa yang ingin ia buat kedepannya. "Harun... aku sudah bertemu dengan pemimpin dari Tiongkok, aku sudah memberitahukan tentang rencanaku kedepannya." Ucap Sujatmo.

 "Apa katanya? Apakah ia mendukung rencana kita?" jawab Harun. 

"Ia sangat mendukung rencana kita, kita harus persiapkan ini dengan baik, Tiongkok juga sudah mengirimkan kita alat persenjataan." Ucap Sujatmo. 

"tapi, apakah bapak yakin dengan rencana revolusi kita ini pak?" Tanya Harun. 

Sujatmo pun menjawab, "Rencana ini untuk opsi jika Bapak Presiden tidak setuju dengan rencana kita. Kita juga harus berusaha membujuk para orang-orang elit lainnya, terlebih seperti tentara keamanan rakyat dan polisi harus berusaha kita bujuk supaya peluang kita berhasil semakin tinggi. 

"Baik pak saya akan menuruti perintah bapak akan membujuk lebih banyak orang dengan propaganda-propaganda kita." Jawab Harun. 

Sujatmo sedang menyiapkan rencana untuk melakukan revolusi melihat kondisi politik yang sedang kacau balau di tengah perebutan kekuasaan presiden selanjutnya. Sujatmo melihat para kaum liberal yang bekerjasama dengan negara-negara Barat tengah berusaha menguasai Indonesia. 

Mereka berusaha menguasai sumber daya alam Indonesia melalui kekuasaan politik yang didorong dengan boneka-bonekanya untuk menguasai Indonesia. Sujatmo telah memimpin partai politik yang didirikannya sejak 10 tahun lalu. Partai politik yang ia dirikan bernama Partai Komunis Nasional Indonesia (PKNI). Meskipun partainya memiliki paham yang berhalangan seperti nasionalisme dan komunisme, ia hanya mengambil beberapa ide dari kedua ideologi tersebut yang kemudian digabungkannya sesuai ide dan gagasannya sendiri. 

Partai Komunis Nasional Indonesia telah menduduki urutan ke 2 dari partai politik di Indonesia dengan 6 juta pengikut dan simpatisannya. Pada waktu itu Indonesia tengah berada dalam ketidakstabilan politik dan ketidakstabilan ekonomi. Banyak pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang dari seluruh penjuru Indonesia. Pada waktu itu juga Indonesia sedang terjadi inflasi besar-besaran dan krisis ekonomi. Pada masa kepemimpinan orde lama Indonesia memiliki sistem ekonomi terpimpin dan sistem demokrasi terpimpin.

Kemudian datanglah Sujatmo menghadap Presiden Indonesia, ia lalu berbincang bincang dengan presiden terkait kepentingannya. Ia berkata, "Bapak Presiden, kita tahu bapak sudah tua, dan yang pasti akan meneruskan kekuasaan bapak tidak ada. Lagipula di negeri kita ini sedang terjadi banyak demonstrasi terkait ketidakstabilan ekonomi dan ketidakstabilan politik. Maka, perkenankanlah saya, untuk mengambil alih kekuasaan bapak dengan damai. Jika dilihat bangsa asing juga sudah menggerakan mata-matanya serta boneka-boneka politik mereka untuk menguasai Indonesia. Menurut saya, cara yang saya lakukan adalah baik daripada bangsa kita dikuasai oleh kaum liberal dan kapitalis. Tentu saya akan meneruskan ideologi NASAKOM (Nasionalis, Agamais, Komunisme) bapak agar sesuai dengan cita-cita bapak untuk memajukan negara dan bangsa kita ini berdikari dan hebat di kancah internasional. Saya juga pasti akan sangat menghargai jasa-jasa bapak dengan sangat baik, dan berusaha memperbaiki kondisi ekonomi dan politik di negara kita pak."

Bapak Presiden pun menjawab, "Sujatmo... aku tahu engkau memiliki pengikut dari partaimu sebanyak 6 juta orang lebih. Namun, kita tidak usah terburu-buru untuk melawan kaum liberal dan antek asing itu. Kita melawan tetapi kita tetap harus tegas, jujur aku kurang setuju dengan idemu untuk peralihan kekuasaan dari tanganku ke tanganmu. Apa kau pikir dengan ideologimu yang campur aduk seperti itu akan cocok dengan ngera ini? Apa kau pikir kualitas dirimu bisa menjadi pemimpin yang baik bagi rakyatku? Coba kau pikir-pikir lagi apakah negara kita sangat perlu peralihan kekuasaan ini? Aku masih yakin dengan kemampuanku bahwa aku bisa memimpin negara ini sampai 4-5 tahun ke depan. Rakyat pun masih percaya pada kepemimpinanku. Jadi, kau tidak perlu memikirkan kekuasaan Indonesia akan jatuh ke tangan siapa. Kekuasaan Indonesia masih berada di tanganku sekarang, dan sebelum aku menunjuk siapa penggantinya maka tidak ada siapapun yang boleh memimpinnya. Lagi pula Sujatmo, siapakah dirimu ini sehingga kau merasa pantas untuk memimpin negeri ini? Aku ingatkan sekali lagi bahwa selama kekuasaan masih di tanganku jangan harap kaum liberal dan bangsa asing akan menguasainya."

Sujatmo pun dengan bersikeras menjawab, "Pak Presiden anda pasti sudah tau pak, perihal yang terjadi diluar istana, banyak kerusuhan dan demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan rakyat pak. Itu adalah ulah dari bangsa barat pak seperti Amerika dan Inggris yang menjadi dalang utamanya pak, apalagi Malaysia juga ikut mendalangi kerusuhan yang terjadi akhir-akhir ini pak. Malaysia ingin membalas dendam kepada kita atas perlakuan kita kepada mereka dalam operasi militer lalu. Kita telah menggaungkan kata-kata "Ganyang Malaysia" pak, dan mereka sangat marah akan hal ini sehingga mereka tidak hanya ingin melawan kita melalui perang fisik, namun melalui kerusuhan-kerusuhan seperti ini. Kita harus cegah hal ini dari sekarang pak, karena saya tahu banyak jenderal-jenderal bapak yang menginginkan kekuasaan bapak. Asing akan menggerakan bawahan-bawahan bapak pak untuk menusuk anda dari belakang pak dan menggunakan tentara-tentara anda untuk melawan anda sendiri pak. Sehingga ketika anda tidak sadar, anda akan segera digulingkan secara tidak sadar dan bangsa barat pun dengan mudah menguasai Indonesia dengan mudah lewat cukong-cukongnya. Jadi saya mohon dengan sangat pak, paling tidak anda memberi akses yang lebih banyak bagi partai saya untuk mendapatkan kekuatan lebih banyak lagi, untuk mengimbangi partai-partai liberal yang mendapatkan dana dari barat pak. Saya ingatkan Pak, lebih baik Bapak mencegah ini semua dari sekarang lewat peralihan kekuasaan yang damai Pak."

"Sujatmo, aku pikir kau benar-benar memikirkan rakyat kecil dengan gagasan-gagasanmu, tapi ternyata kau hanyalah seorang politikus yang haus dengan kekuasaan demi egomu sendiri. Kau hanya memikirkan apa yang baik menurutmu tapi kau sama sekali tidak mendengarkan orang lain. Aku minta lebih baik kau berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan rencana besarmu. Jika aku memberi kekuasaanku kepadamu, maka negeri ini akan hancur, akan lebih banyak lagi pemberontakan-pemberontakan di negeri ini karena akan banyak orang yang tidak setuju dengan ideologimu dan pandanganmu. Aku sudah memiliki pengganti yang akan memimpin negeri ini sesuai dengan cita-cita awal bangsa ini. Paling tidak kau dan partaimu sudah kuberikan keleluasaan yang lebih besar di negeri ini. Kau Sujatmo, masih bisa berpikir dan menggaungkan ideologi dan gagasanmu tentang komunisme di negeri ini, dan aku tidak melarang hal tersebut. Lebih baik kau menjadi penyeimbang politik di negeri ini, itu sudah sangat bagus. Kau akan menjadi tokoh bangsa yang dihormati meskipun kau beraliran kiri. Kau akan dikenang terkait perjuanganmu melawan penjajah dan membentuk pikiran bangsa ini. Aku dan para jajaran-jajaranmu sudah menghormatimu. Engkau sudah menaruh harapan yang besar kepada para pendukungmu.lebih baik kau tetap berada di sisiku selagi aku masih memimpin dan tidak usah ikut-ikut untuk mengingini kekuasaanku ini." jawab presiden.

Sujatmo pun menjawab dengan pasrah, dan berpesan kepada presiden bahwa ia akan melakukan tindakan yang selanjutnya, "Baiklah pak presiden kalau itu yang bapak kehendaki, saya sudah memperingatkannya kepada bapak dan saya akan melakukan tindakan selanjutnya untuk mencegah hal yang lebih buruk terjadi. Saya akan melakukan hal yang sudah seharusnya saya lakukan. Terimakasih atas apa yang bapak berikan pada saya dan partai saya pak, saya ijin pamit dan undur diri."

Presiden menjawab, "baiklah kalau begitu, apapun yang kulakukan untuk negara ini sudah kulakukan dengan sebaik-baiknya. Dan kau lakukan tugasmu sebagai penyeimbang politik di negeri ini." 

Sujatmo pun pergi dengan perasaan kesal dan marah, ia pun pergi dari istana kepresidenan ditemani oleh rekan setianya Harun dan Broto, serta beberapa ajudan pribadinya. Sujatmo pergi dengan menggunakan mobil sedannya yang ia beli dari Uni Soviet. Di situ ia tampak sedang sangat kesal dan marah, namun ia hanya diam saja memendam rasa kesalnya itu dalam diam meski mukanya terlihat sangat memerah. Harun, rekan seperjuangan Sujatmo pun tidak berani membuka pembicaraan dengan ditengah situasi seperti ini

*****

Sujatmo pun pergi dengan perasaan kesal dan marah, ia pun langsung memerintahkan ajudannya untuk segera bersiap. Ia pun segera mengumpulkan orang-orang partainya untuk membahas situasi ini. Dia pun meminta untuk kader-kader partainya bersiap di seluruh tanah air, terlebih memusatkan kekuatannya di ibukota untuk bersiap melakukan pemberontakan yang ia sebut sendiri sebagai "Operasi Penyelamatan Tanah Air". semua kekuatan yang ia miliki beserta partainya ia kumpulkan untuk dipersenjatai. Total sebanyak 35.000 tentara partai, 10.000 tentara dari buruh dan tani, 7.000 tentara keamanan rakyat, 2.000 polisi, 50 tentara elit cakrabirawa yang ia kumpulkan. Semua tentara itu sudah ia persenjatai dari amunisi yang dikirim oleh Tiongkok. Sujatmo juga akan bersiap membakar para pendukungnya yang berjumlah kurang lebih sekitar 6 juta simpatisan dan pendukung. Saat Sujatmo berpidato di tengah-tengah para kadernya tiba-tiba saja ada satu orang yang membantahnya dan tidak menyetujui rencananya, orang itu adalah istrinya. Disaat para kadernya semua setuju dengan rencananya itu disisi lain istrinya malah tampil secara publik di depan rapat partainya. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa Sujatmo memiliki istri, yang tahu hanyalah beberapa orang saja itupun orang-orang kepercayaannya saja yang mengetahuinya. Istrinya tahu dari Harun terkait dengan rencana Sujatmo ini dan ia langsung buru-buru untuk mencegah Sujatmo melakukan kesalahan yang fatal. Di tengah-tengah rapat partai yang genting itupun, saat Sujatmo sedang mengobarkan semangatnya, Aime tiba-tiba langsung datang dan mengejutkan Sujatmo. 

Aime berkata, "Aku tidak setuju dengan rencanamu itu MAS!" Aime berada di tengah-tengah gedung partai yang tengah sidang dengan mengenakan baju kebaya yang biasa ia pakai saat sedang berada di rumah sambil membawa tas dan menunjuk ke arah Sujatmo seolah menantang dia.

Sujatmo saat itu kaget dan terburu-buru mengakhiri rapatnya yang genting itu dan membawa istrinya pulang ke tempat tinggalnya. Para kader partainya pun bingung melihat hal tersebut, karena baru pertama kali melihat seorang wanita yang bisa membuat Sujatmo tiba-tiba ketar-ketir. Rapat rahasia tersebut akhirnya dibubarkan untuk sementara waktu menunggu keputusan dari Sujatmo. Ketika di dalam  mobil pun Sujatmo begitu marah sekaligus terkejut kepada Aime,  karena seseorang yang selalu mendukung rencananya dan usahanya tiba-tiba saja untuk pertama kalinya menolak usahanya. Ia kemudian bertanya kepada Aime, mengapa ia tiba-tiba membangkang suaminya yang telah berjuang 25 tahun lebih di politik. Sujatmo pun bertanya perihal darimana ia mengetahui informasinya itu, karena Sujatmo belum memberitahukannya. Aime ternyata mengetahui informasi tersebut dari Harun, orang kepercayaan Sujatmo yang juga dekat dengan Aime. Harun terbiasa bercerita atau dengan kata lain melapor apapun kegiatan yang dilakukan oleh Sujatmo kepada istrinya. Sujatmo pun baru menyadari hal itu, karena ia lupa bahwa Harun memang selalu menceritakan kegiatan apapun yang dilakukannya kepada istrinya, Aime. Namun, yang membuat Sujatmo bingung adalah mengapa istrinya kali ini tidak mendukung rencananya. 

Lantas Aime pun menjawab mengapa dirinya untuk kali ini tidak mendukung suaminya. Aime berkata, "Mas aku sangat tidak setuju dengan rencanamu kali ini, kamu sangat terburu-buru mas. Kamu ingin menggulingkan pemerintahan saat ini hanya demi kekuasaanmu mas."

Sujatmo pun menjawab, "Aime apa yang kamu pikirkan? Rencana ini sudah aku susun sejak berbulan-bulan lalu dengan melihat kondisi politik dalam dan luar negeri akhir-akhir ini. Aku tahu apa yang aku lakukan Aime, aku ingin mengubah negara ini dengan sistem yang lebih menguntungkan rakyat kecil. Aku ingin negara ini lebih maju, aku tidak sepenuhnya memikirkan tentang kekuasaan saja. Yang terpenting aku ingin negara ini melawan kaum-kaum liberalis dan kaum-kaum kapitalis yang merugikan rakyat kecil. Aku ingin menerapkan gagasan dan ideologiku yang sudah kupikirkan bertahun-tahun sejak aku masih menjadi aktivis bagi penjajah. 

"Tapi mas... kamu tahu, kamu terlalu terburu-buru dan menganggap ini adalah hal yang enteng. Kamu tidak memikirkan dampak yang terjadi apabila rencanamu ini telah kamu lakukan. Tidak peduli jika rencanamu ini berhasil atau tidak, karena dua-duanya sama-sama berakibat fatal bagi kehidupan banyak orang di negeri ini. Jika saja ini berhasil, maka orang-orang yang berlawanan paham denganmu akan memberontak pula dan akan terjadi banyak pemberontakan di negeri ini. Mereka yang kau anggap sebagai lawan, tentu akan melawanmu balik dengan kekuatan yang sangat besar. Akan terjadi perang saudara di negeri ini jikalau hal itu terjadi. Dan jikalau hal ini gagal, maka pembersihan dari orang-orangmu akan dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah akan melakukan genosida terhadap orang-orangmu dan akan mencabut paham dan ideologimu di negeri ini sampai ke akar-akarnya. Apakah kamu tidak memikirkan kedua hal itu sama sekali? Kamu tidak kasihan terhadap para kadermu yang ikut berjuang dalam revolusimu ini, tetapi revolusi ini berakhir dengan kegagalan? Coba kamu pikirkan baik-baik apa yang kamu perjuangkan dari rencanamu ini sebenarnya, apakah kamu benar-benar berjuang untuk rakyat miskin atau kamu hanya haus kekuasaan saja?" Ucap Aime.

"Aime kamu ini sedang kenapa? Jawab aku sekarang! Mengapa sikapmu tiba-tiba berubah drastis seperti ini?" Sontak Sujatmo.

"Aku ini baik-baik saja mas... justru aku ini ingin melindungimu dari situasi yang lebih parah. Kamu tidak mengerti mas... ini akan menimbulkan situasi yang lebih parah dan membahayakan dirimu sendiri!" jawab Aime.

"Jadi kamu tidak mendukungku lagi?, istriku" ucap Sujatmo.

"Bukan begitu mas... aku hanya.." belum selesai Aime berbicara tiba-tiba Sujatmo memotong perkataannya itu.

"Cukup... aku kecewa engkau berubah Aime. Aku sudah bersamamu selama 25 tahun, tepat di tahun yang sama juga aku aktif untuk pertama kalinya di organisasi politik. Dan pada saat berkenalan denganmu aku terpesona denganmu karena engkau selalu mendukung orang-orang yang berideologi kuat." Sahut Sujatmo

"Mas kau harus tau kondisi dan budaya di negeri ini, negeri ini tidak akan cocok dengan ideologimu mas..." jawab Aime

"Istriku selama kita bersama engkau selalu mendukung segala ide dan pemikiranku. Engkau selalu antusias jika aku memiliki pandangan-pandangan baru tentang politik. Namun sekarang, engkau tidak setuju padaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu, istriku. Namun satu hal yang kutahu, aku lebih mementingkan rencanaku ini daripada aku harus mempertahankanmu!" jawab Sujatmo. 

Aime sangat terkejut mendengar hal itu, ia tidak menyangka suaminya dengan tega mengatakan itu. Aime berpikir bahwa semua yang ia lakukan selama ini adalah sia-sia untuk suaminya, ia sudah memberikan seluruh tenaganya untuk mendukung apapun yang dilakukan oleh suaminya. Aime lalu berkata pada suaminya, "Mas... setelah sekian banyak dukunganku padamu, engkau sekarang malah ingin meninggalkan aku, mas jika saja kamu tahu aku melakukan ini demi keselamatanmu dan keselamatan jutaan orang lainnya."

Sujatmo pun menjawab dengan pedas, "Aime, hubungan kita sudah berakhir disini, setelah puluhan tahun kita bersama namun kali ini kau sudah tidak mendukungku lagi. Kamu menganggap aku meninggalkanmu, tapi justru kamulah yang menghianatiku dengan peristiwa ini. Aku sangat kecewa dengan sikapmu ini Aime... mulai sekarang kita berpisah!"

'Mas......" kata Aime.

Setelah itu Sujatmo pun berpisah dengan istrinya, Aime. Setelah 25 tahun mereka bersama.

 Sujatmo pun melanjutkan rencananya itu, ia lalu pergi dari rumahnya, meninggalkan anak-anaknya dan bersiap melancarkan rencananya itu pada lusa setelahnya. Ia menginap di kantornya dan dengan fokus benar-benar mempersiapkan rencananya itu. Pada tanggal 1 Oktober 1965, subuh-subuh jam 3 pagi ia baru selesai memikirkan rencananya itu. Pada siangnya ia mengomando pasukannya di suatu tempat tersembunyi di Jakarta. Dengan baik ia melakukan strateginya itu agar besok pada malam harinya bisa melakukan revolusinya itu. Segala persiapannya sudah siap hingga jam 8 malam. Pada jam 12 malam di kantornya ia berbincang kepada Harun dan Broto terkait rencananya sesudah revolusi ini dilakukan jika berhasil. Sujatmo akan menjadikan Harun Sekjen partainya dan Broto akan menjadi menteri luar negerinya. Pada 2 Oktober 1965 jam 2 lewat 21 subuh ia masih berbincang. Sujatmo merencanakan kudetanya itu di tanggal 3 Oktober 1965. Namun seketika... Dorr, ada suara tembakan yang terdengar menyerbu markasnya. Tiba-tiba pintu didobrak dan banyak tentara menyerang markasnya, perang pun tak bisa dihindarkan. Terlihat Tentara Keamanan Rakyat menyerbu markasnya. Tampaknya pemerintah sudah mengetahui rencananya. Ia berpikir siapa anggota partainya yang membocorkan rahasianya. Kemudian ia kabur menggunakan mobil bersama rekannya, serta dikawal oleh sedikit tentara. Saat ia kabur menuju ke jalan raya, tiba-tiba jalan raya sudah diblokade oleh banyak tentara. Terjadi pertempuran sengit antara tentara dan pengawal pribadinya. Sujatmo berlari kabur ke arah hutan, tetapi sial, kakinya terkena tembakan sehingga ia terjatuh dan tak bisa berlari lagi. Akhirnya ia ditangkap oleh tentara namun Harun bisa lolos kabur ke hutan, sementara Broto tertembak di bagian kepala dan langsung mati ditempat. Sujatmo lalu dibawa ke pengadilan dan diadili bersama dengan orang-orang partainya yang masih hidup. Ia mendapatkan hukuman mati dengan cara diberondong oleh senapan. Namun, sebelum meninggal ia diberi 1 kesempatan terakhir untuk memperoleh keinginannya. Namun, Sujatmo hanya bertanya siapa yang membocorkan informasi terkait rencana revolusinya. Dan hakim pun mendatang kan seseorang, dan seseorang itu adalah.... Aime, mantan istri dari Sujatmo

Sujatmo dengan terkejut berkata, "Aime... tidak kusangka ternyata engkau adalah seorang penghianat yang keji, engkau tega menusukku dari belakang dan membuat mati para pendukungku."

Aime berkata, "Mas, sebenarnya sudah sejak lama aku tidak setuju pada gagasanmu itu. Sejak engkau kembali dari kuliahmu di luar negeri, engkau adalah seseorang dengan paham politik yang sangat berbeda, tetapi aku masih menerimamu. Aku menerima jiwamu dan segalanya terkait dirimu kecuali pandangan politikmu, itu sebabnya aku melakukan ini daripada rakyat yang lebih banyak yang kau korbankan. Selamat tinggal mas, aku sungguh-sungguh mencintaimu."

Sementara itu partai buatan Sujatmo yakni Partai Komunis-Nasionalis Indonesia (PKNI) telah dibubarkan oleh pemerintah, dan anggotanya yang terlibat telah diadili. Setelah itu, Sujatmo hanya dianggap sebagai seorang penjahat dan pemberontak di negerinya. Sementara itu Harun terus meneruskan perjuangan Sujatmo melalui gerakan dan organisasi-organisasi bawah tanah. Sementara pandangan dan ideologi dari Sujatmo hilang untuk selama-lamanya.

TAMAT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun