Mohon tunggu...
Theophane Venard Vederico
Theophane Venard Vederico Mohon Tunggu... Lainnya - sekul

baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Revolusi Tak Butuh Cinta

23 Maret 2024   09:51 Diperbarui: 28 Maret 2024   22:47 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Presiden menjawab, "baiklah kalau begitu, apapun yang kulakukan untuk negara ini sudah kulakukan dengan sebaik-baiknya. Dan kau lakukan tugasmu sebagai penyeimbang politik di negeri ini." 

Sujatmo pun pergi dengan perasaan kesal dan marah, ia pun pergi dari istana kepresidenan ditemani oleh rekan setianya Harun dan Broto, serta beberapa ajudan pribadinya. Sujatmo pergi dengan menggunakan mobil sedannya yang ia beli dari Uni Soviet. Di situ ia tampak sedang sangat kesal dan marah, namun ia hanya diam saja memendam rasa kesalnya itu dalam diam meski mukanya terlihat sangat memerah. Harun, rekan seperjuangan Sujatmo pun tidak berani membuka pembicaraan dengan ditengah situasi seperti ini

*****

Sujatmo pun pergi dengan perasaan kesal dan marah, ia pun langsung memerintahkan ajudannya untuk segera bersiap. Ia pun segera mengumpulkan orang-orang partainya untuk membahas situasi ini. Dia pun meminta untuk kader-kader partainya bersiap di seluruh tanah air, terlebih memusatkan kekuatannya di ibukota untuk bersiap melakukan pemberontakan yang ia sebut sendiri sebagai "Operasi Penyelamatan Tanah Air". semua kekuatan yang ia miliki beserta partainya ia kumpulkan untuk dipersenjatai. Total sebanyak 35.000 tentara partai, 10.000 tentara dari buruh dan tani, 7.000 tentara keamanan rakyat, 2.000 polisi, 50 tentara elit cakrabirawa yang ia kumpulkan. Semua tentara itu sudah ia persenjatai dari amunisi yang dikirim oleh Tiongkok. Sujatmo juga akan bersiap membakar para pendukungnya yang berjumlah kurang lebih sekitar 6 juta simpatisan dan pendukung. Saat Sujatmo berpidato di tengah-tengah para kadernya tiba-tiba saja ada satu orang yang membantahnya dan tidak menyetujui rencananya, orang itu adalah istrinya. Disaat para kadernya semua setuju dengan rencananya itu disisi lain istrinya malah tampil secara publik di depan rapat partainya. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa Sujatmo memiliki istri, yang tahu hanyalah beberapa orang saja itupun orang-orang kepercayaannya saja yang mengetahuinya. Istrinya tahu dari Harun terkait dengan rencana Sujatmo ini dan ia langsung buru-buru untuk mencegah Sujatmo melakukan kesalahan yang fatal. Di tengah-tengah rapat partai yang genting itupun, saat Sujatmo sedang mengobarkan semangatnya, Aime tiba-tiba langsung datang dan mengejutkan Sujatmo. 

Aime berkata, "Aku tidak setuju dengan rencanamu itu MAS!" Aime berada di tengah-tengah gedung partai yang tengah sidang dengan mengenakan baju kebaya yang biasa ia pakai saat sedang berada di rumah sambil membawa tas dan menunjuk ke arah Sujatmo seolah menantang dia.

Sujatmo saat itu kaget dan terburu-buru mengakhiri rapatnya yang genting itu dan membawa istrinya pulang ke tempat tinggalnya. Para kader partainya pun bingung melihat hal tersebut, karena baru pertama kali melihat seorang wanita yang bisa membuat Sujatmo tiba-tiba ketar-ketir. Rapat rahasia tersebut akhirnya dibubarkan untuk sementara waktu menunggu keputusan dari Sujatmo. Ketika di dalam  mobil pun Sujatmo begitu marah sekaligus terkejut kepada Aime,  karena seseorang yang selalu mendukung rencananya dan usahanya tiba-tiba saja untuk pertama kalinya menolak usahanya. Ia kemudian bertanya kepada Aime, mengapa ia tiba-tiba membangkang suaminya yang telah berjuang 25 tahun lebih di politik. Sujatmo pun bertanya perihal darimana ia mengetahui informasinya itu, karena Sujatmo belum memberitahukannya. Aime ternyata mengetahui informasi tersebut dari Harun, orang kepercayaan Sujatmo yang juga dekat dengan Aime. Harun terbiasa bercerita atau dengan kata lain melapor apapun kegiatan yang dilakukan oleh Sujatmo kepada istrinya. Sujatmo pun baru menyadari hal itu, karena ia lupa bahwa Harun memang selalu menceritakan kegiatan apapun yang dilakukannya kepada istrinya, Aime. Namun, yang membuat Sujatmo bingung adalah mengapa istrinya kali ini tidak mendukung rencananya. 

Lantas Aime pun menjawab mengapa dirinya untuk kali ini tidak mendukung suaminya. Aime berkata, "Mas aku sangat tidak setuju dengan rencanamu kali ini, kamu sangat terburu-buru mas. Kamu ingin menggulingkan pemerintahan saat ini hanya demi kekuasaanmu mas."

Sujatmo pun menjawab, "Aime apa yang kamu pikirkan? Rencana ini sudah aku susun sejak berbulan-bulan lalu dengan melihat kondisi politik dalam dan luar negeri akhir-akhir ini. Aku tahu apa yang aku lakukan Aime, aku ingin mengubah negara ini dengan sistem yang lebih menguntungkan rakyat kecil. Aku ingin negara ini lebih maju, aku tidak sepenuhnya memikirkan tentang kekuasaan saja. Yang terpenting aku ingin negara ini melawan kaum-kaum liberalis dan kaum-kaum kapitalis yang merugikan rakyat kecil. Aku ingin menerapkan gagasan dan ideologiku yang sudah kupikirkan bertahun-tahun sejak aku masih menjadi aktivis bagi penjajah. 

"Tapi mas... kamu tahu, kamu terlalu terburu-buru dan menganggap ini adalah hal yang enteng. Kamu tidak memikirkan dampak yang terjadi apabila rencanamu ini telah kamu lakukan. Tidak peduli jika rencanamu ini berhasil atau tidak, karena dua-duanya sama-sama berakibat fatal bagi kehidupan banyak orang di negeri ini. Jika saja ini berhasil, maka orang-orang yang berlawanan paham denganmu akan memberontak pula dan akan terjadi banyak pemberontakan di negeri ini. Mereka yang kau anggap sebagai lawan, tentu akan melawanmu balik dengan kekuatan yang sangat besar. Akan terjadi perang saudara di negeri ini jikalau hal itu terjadi. Dan jikalau hal ini gagal, maka pembersihan dari orang-orangmu akan dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah akan melakukan genosida terhadap orang-orangmu dan akan mencabut paham dan ideologimu di negeri ini sampai ke akar-akarnya. Apakah kamu tidak memikirkan kedua hal itu sama sekali? Kamu tidak kasihan terhadap para kadermu yang ikut berjuang dalam revolusimu ini, tetapi revolusi ini berakhir dengan kegagalan? Coba kamu pikirkan baik-baik apa yang kamu perjuangkan dari rencanamu ini sebenarnya, apakah kamu benar-benar berjuang untuk rakyat miskin atau kamu hanya haus kekuasaan saja?" Ucap Aime.

"Aime kamu ini sedang kenapa? Jawab aku sekarang! Mengapa sikapmu tiba-tiba berubah drastis seperti ini?" Sontak Sujatmo.

"Aku ini baik-baik saja mas... justru aku ini ingin melindungimu dari situasi yang lebih parah. Kamu tidak mengerti mas... ini akan menimbulkan situasi yang lebih parah dan membahayakan dirimu sendiri!" jawab Aime.

"Jadi kamu tidak mendukungku lagi?, istriku" ucap Sujatmo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun