"Mas ingat-ingat perkataanku ini, aku akan tetap selalu bersamamu apapun kondisinya. Kau ingat kita sudah menjadi satu bukan? Apapun ideologimu, apapun pandanganmu, aku pasti akan selalu mendukungmu." Ucap Aime.
"Istriku Ami... aku bersyukur memilikimu , aku akan memperjuangkan ideologiku mati-matian."
Gusti Raden Sujatmo Suryaningsih merupakan seorang politikus Indonesia, ia pernah berkuliah di Oxford University, Inggris. Ia merupakan seorang bangsawan, yang memiliki rasa empatinya terhadap rakyat kecil. Ia aktif berorganisasi sejak berusia 19 tahun. Ia pernah mengikuti Himpunan Mahasiswa Pelajar Luar Negeri (HMPLN) dan Perkumpulan Orang Terpelajar Indonesia (POTI).Â
Ia memiliki jalinan relasi dengan banyak politikus penting di seluruh dunia, seperti orang-orang dari partai Nazi Jerman, orang-orang komunis Uni soviet, orang-orang komunis di Amerika Tengah dan Amerika Latin, dan orang orang komunis di Asia seperti Tiongkok, Korea Utara, Vietnam, Kamboja, dan lain-lain. Sujatmo sangat membenci paham Liberalisme dan  Kapitalisme.
Sejak tahun 1940 saat Sujatmo masih kuliah, Sujatmo keluar negeri meninggalkan Aime untuk menempuh pendidikannya. Sujatmo berkuliah di Inggris selama 4 tahun, dia berjuang untuk negaranya selama ia berkuliah. Tahun 1946 dia memiliki teman yang mengenalkan paham kiri kepadanya.Â
Dia mengunjungi Moskow bersama temanannya itu dan diperkenalkan kepada elit-elit Komunis Soviet. Pelan-pelan ia berubah haluan ke arah paham komunis-sosialis yang sebelumnya ia berpaham nasionalis-patriotis dan sedikit liberal. Pada saat masa-masa perang dunia ke-2 rentang, ia mengagumi Adolf Hitler yang pada saat itu tengah menginvasi Belanda. Ia pindah ke Inggris untuk melanjutkan kuliah di Oxford.Â
Lalu ia bergabung dengan anggota komunis bawah tanah di negara Inggris pada tahun 1949, lalu pulang ke Indonesia pada tahun 1950 dan bertemu Harun dan Broto rekan seperjalanannya.Â
Sujatmo langsung menemui Aime yang dengan setia menunggunya 10 tahun, walau tetap surat-menyurat sesekali. Lalu dengan cepat ia membuat partai baru, yaitu Partai Komunis-Nasionalis Indonesia (PKNI). Dengan cepat partai itu bertumbuh besar ke permukaan dan segera dikenal oleh masyarakat karena gagasan dan ideologinya yang kuat.
Suatu ketika Sujatmo bertemu dengan rekan partainya, ia sedang berbincang-bincang mengenai hal apa yang ingin ia buat kedepannya. "Harun... aku sudah bertemu dengan pemimpin dari Tiongkok, aku sudah memberitahukan tentang rencanaku kedepannya." Ucap Sujatmo.
 "Apa katanya? Apakah ia mendukung rencana kita?" jawab Harun.Â
"Ia sangat mendukung rencana kita, kita harus persiapkan ini dengan baik, Tiongkok juga sudah mengirimkan kita alat persenjataan." Ucap Sujatmo.Â