Suasana politik sedang genting, demonstrasi terjadi dimana-mana, perang ideologi semakin sengit, bau-bau pemberontakan sudah tercium. Rakyat sangat marah, rakyat kelaparan dan hanya makan gaplek, sementara istana kepresidenan hidup dengan penuh kemewahan.Â
Presiden dengan masa jabatan seumur hidup tak kunjung ganti, menteri-menteri payah terus menjabat, bank sentral negara tak lagi independen dan dikendalikan pemerintah yang tak tahu cara mengendalikan ekonomi. Inflasi tak terkontrol, harga-harga menjulang tinggi, uang sudah tak ada lagi gunanya. Tinggal menunggu waktu saja, maka akan terjadi kekacauan yang besar!
***
Matahari bersinar cerah menghangatkan kulit. Terasa angin silir di pinggir pantai di pulau yang indah. Hanya ada satu hotel mewah nan megah di hotel itu.Â
Dari situ ada seorang pria yang sedang berlibur bersama keluarganya serta bawahan-bawahannya. Pria itu merupakan orang penting di suatu negara, dan dihormati di beberapa kalangan rakyat. Tampak ia sedang berbicara dan didengarkan serius oleh beberapa orang, Ia  sedang berpidato berapi-api.
"Kita harus bisa menguasai negara ini!"
Tiba-tiba ia diingatkan oleh istrinya yang penuh perhatian kepadanya. "Mas... lebih baik kamu istirahat terlebih dahulu, sudah sedari kemarin kamu terlalu berapi-api dengan gagasanmu tetapi kamu melupakan kesehatanmu." Ucap Aime.
"Tuan betul kata istri tuan, lebih baik tuan istirahat sejenak agar besok tuan bisa berpidato dengan baik dan tidak terganggu oleh masalah kesehatan tuan." Ucap salah seorang anak buah.
"Istriku, selama ini kau selalu perhatian dan setia denganku. Apakah engkau benar benar menyayangiku?
"Maksud kamu ini apa mas? Tentu lah aku benar benar menyayangimu, aku selalu menemanimu dimanapun kamu berada. Pada saat kampanye, aku selalu mendukungmu dari belakang layar, meskipun aku tak pernah tampak di media." Ucap Aime.
"Aku ingin bertanya satu hal lagi. Jika aku tertangkap oleh negara atau badan intelijen asing, apakah engkau masih tetap setia bersamaku dimanapun aku berada?"Â