"Nanti kita ketemuan aja. Atau kamu mau ikut aku ke kedai?"
Seluruh cabang Nasi Hits kembali buka dengan protokol ketat sejak dua minggu lalu. Bahkan Nathan mengurangi jumlah meja dan kursi untuk menghindari kemungkinan terburuk dan memperbanyak pos-pos drive thru. Jalur transportasi juga mulai berjalan kembali. Perlahan, aktivitas mulai berjalan seperti sedia kala.
Nathan pergi ke kedai setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Sekadar memantau atau juga turun langsung menemui pelanggan. Tangannya makin lihai dalam memasak mkanan lokal Indonesia, pun ditambah dengan rilisnya berbagai variasi baru untuk merayakan dibukanya kembali Nasi Hits
Yosua masih bekerja dari meja ruang tengah apartemen, sesekali ia pergi ke kantornya bila ada pertemuan atau diskusi. Apartemennya yang dulu terasa hening dan kosong, sejak lima bulan terakhir menjadi jauh lebih hangat dan beraroma. Siapa kira, uluran tangan yang dulu ia berikan pada orang lain rupanya juga berbalik menolong dirinya sendiri dengan cara yang tak ia duga.
"Boleh. Kangen juga makan di Nasi Hits." Ia tersenyum memandang Nathan yang memakan lahap nasi bebek kremes di sampingnya. Jemarinya meraih surai kelabu Nathan lalu mengacaknya gemas.
Nathan balas menatapnya dan tersenyum.
Lima bulan sudah dua orang itu memangkas ruang gerak dan kerja mereka yang semula terpisah prefektur menjadi satu dalam petak apartemen milik Yosua.
Dan akan selamanya seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H