Nathan keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk tidur ketika ia melihat Yosua masih berkutat dengan laptopnya. Sorot matanya lelah, namun manik birunya masih gesit berpindah-pindah dari kertas ke layar laptop yang menyala.
"Yos, ini sudah jam 11 malam. Sudah sebulan ini kamu tidur larut terus. Masih ada besok."
Jujur saja, Nathan khawatir akan kesehatan teman satu apartemennya ini. Sudah sebulan ia menetap disini dan juga sudah sebulan pula Yosua tidak pernah tidur dibawah jam 12 malam. Karena penasaran kapan Yosua tidur, pernah satu malam Nathan memantau dari kamar tamu, memasang pendengarannya. Ditengah kesadarannya yang terombang ambing antara realita dan angan, pintu kamar Yosua akhirnya tertutup dan apartemen mereka meredup hening pada pukul 3 pagi.
Yosua menyesap cangkir kopi yang tak disadarinya telah tandas. Mendengar suara bariton Nathan, kesadarannya kembali ke realita. Ia melirik penanda waktu di kanan bawah laptop, masih belum terlalu malam.
Ia melempar senyum tipis ke arah Nathan yang menatapnya gusar dari pintu kamar mandi. Selembar handuk biru masih menggantung di leher, menampung tetes air yang mengalir dari rahang tegasnya, membuat konsentrasinya sedikit terganggu.
Fokus, Yosua, fokus.
Dialihkannya pandangan pada deret teks membosankan yang sudah ia hadapi seharian. Tidak lagi mengacuhkan kehadiran dan tatap gusar dari penghuni kamar tamunya selama sebulan terakhir.
Percuma.
Fokusnya berantakan.
"Satu halaman lagi ya, Than."
Nathan menghela napas keras-keras, sengaja agar didengar. Didekatinya Yosua yang kembali menelisik tulisan di layar, maniknya sedikit menyipit karena silau layar laptop Keiji begitu kontras dihadang redupnya lampu ruangan.