Mohon tunggu...
Valerine Dwi RD
Valerine Dwi RD Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

hobi saya berubah-ubah, tapi lebih suka diam di rumah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Matahari Terbit: Kaukah Temanku?

6 Oktober 2022   06:34 Diperbarui: 6 Oktober 2022   06:40 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami tidak bisa berkata apa-apa, kami hanya menangis.

"Pak, kenapa?" tanya Bagas ke Pak Herman

"Mas, alangkah lebih baik kita urus dulu jenazahnya. Nanti saya ceritakan" jawab Pak Herman

"Baik pak, untuk perlengkapan jenazah apakah sudah terpenuhi?" tanya Bagas

"Kami sedang berusaha meminta ke kampung sebelah Mas" jawab Pak Herman

"Dari Kami saja pak" ucapku spontan

Baru kali ini, aku membeli perlengkapan jenazah, tak apa. Aku dan Lintang segera membeli yang terbaik, dan membawanya ke rumah duka, disana Pak Sutijo sedang dimandikan.

Aku dan Lintang menenangkan keluarga yang ditinggalkan, tak terasa Kami pun ikut menangis. Jenazah sudah di kafani dan sekarang jenazah akan disemayamkan untuk dimakamkan besok. 

"Mba, Mas terima kasih banyak sudah membantu.."

"Tidak apa-apa pak, tidak usah berterima kasih" Bagas memotong perkataan Pak Herman

"Jadi begini Mba, Mas..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun