"Pak Herman?" aku melirik Bagas
"Bang, ke taman aja" pinta Lintang
"Aku ikut" ucapku
"Aku juga" sambung Bagas.
Terlihat Pak Herman memakai batik dengan sangat rapih, memegang map coklat ditangannya. Kami pun berbincang dengan Pak HermanÂ
"Yu kita kesana" ajak Bagas tanpa negosiasi.
Di dalam mobil, kami bertiga membisu, tidak ada percakapan apalagi canda tawa. Kami hanya terdiam dan sesekali mengusap air mata.
Sampai di Kp. Sumber Asih, kali ini kami tidak berkunjung ke kantor desa, melainkan ke sebuah gubuk yang disebut rumah dengan hiasan bendera kuning disana. Rumah Pak Sutijo sangat ramai sore ini, orang-orang berkumpul dan suara tangisan memenuhi atap rumah Pak Sutijo.
"Assalamualaikum" ucap Bagas
"Waalaikumsalam" jawab warga disana
Disana ada ibu dan 3 anak yang menangis dan saling berpelukan, tak jauh dari mereka, ada yang terbujur kaku. Di atas kain batik itu, tertera nama Pak Sutijo. Pak Sutijo menghadap Yang Kuasa.