Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Teka-teki Manuver Politik Jokowi Menuju Pemilu 2024

19 April 2023   18:33 Diperbarui: 19 April 2023   19:37 24861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SOLOPOS.COM - (Source : Twitter/@ganjar_pranowo)

Anda tentu tidak asing lagi dengan istilah “Efek Jokowi” (Jokowi Effect) bukan? Istilah ini dijelaskan pada laman wikipedia Yaitu, istilah yang diciptakan media untuk mendeskripsikan pengaruh kepopuleran mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo terhadap perpolitikan dan perekonomian Indonesia.

Sementara itu, ketika itu, di pasar modal, efek Jokowi dikatakan dapat meningkatkan gairah penanam modal karena dia dinilai mempunyai rekam jejak yang bersih, pro-rakyat, dan tegas.

Iapun terjun dalam mendukung kampanye Kader PDI-P yang bertarung pada PILKADA , sebagai vote getter.

Terkait kepemimpinannya sebagai kepala Negara dan Pemerintahan. Dalam menjalankan program pemerintah, ia telah melakukan banyak terobosan. Yang utama, perhatiannya terhadap rakyat kecil atau miskin menjadi prioritasnya, hingga membangun negara ini mulai dari pedesaan.

Membangun inftrastruktur sebagai adalah faktor penting dalam percepatan pertumbuhan pembangunan disegala bidang, termasuk infrastruktur yang menghubungkan negara kepalauan terbesar di dunia ini agar   pemerataan dapat diwjudukan. 

Disamping itu, tidak dapat dipungkiri, keberadaanya diterima secara ramah oleh berbagai pemimpin Negara-Negara. Dan merubah wajah Indonesia, yang sempat dinilai sebagai negara yang tidak aman bagi kunjungan wisata maupun penyelenggaraan event besar. Ia mampu meyakini dunia dalam mengelar banyak event besar, penting dan berskala internasional di Indonesia.

Menyinggung masalah yang viral dan sempat membuat gaduh konstelasi politik di negara ini, khususnya peran PDI-P yang seolah-olah menentang kebijakannya untuk menyukseskan perhelaan besar, piala dunia sepak bola dibawah usia 20 tahun sebagai batu loncatatan event olah raga internasional berikutnya dimana Indonesia berkesempatan menjadi tuan Rumah.  

Jokowi berbesar hati, sekalipun tidak dipungkiri mengaku kecewa dalam ucapan “pusing” ketika Fifa membatalkan Indonesia sebagai Tuan rumah perhelaan tersebut. Namun ia mampu dengan tenang menghadapinya, bahkan melalui pengakuan dunia terhadap kepemimpinan, sosok kepribadiannya dan tentu pendekatan pribadinya, Indonesia tidak mendapat sanksi yang berat dari FIFA bagi pengembangan dan kiprah sepak bola Indonesia, baik di dalam dan berlaga di luar negeri.

Jika dilanjut tidak akan selesai dalam satu tulisan saja. Akan tetapi saya juga harus jujur, di dalam kepimpinannya, masih menyisahkan masalah intolernasi, penegakan hukum, korupsi yang meningkat dan menghadapi pergolakan gerakan-gerakan separatis untuk memisahkan diri dari NKRI, khususnya di wilayah papua.

Kemudian saya ingin menyoroti sedikit tentang penerapan filsofi Jawa selain tentu saja filsofi Bangsa dan Aturan Ketatanegaraan, Aturan Agama yang dianutnya, Konstitusi, perundang-undangan dan sejenisnya. Namun filosofi ini menjadi pedoman dalam perilakunya dalam bertutur, berpikir dan bertindak selayaknya banyak orang jawa pada umumnya.

Sebagai orang jawa, ia berpegang pada 3 filosofi jawa yang ditulisakannya sendiri melalui twiter maupun lewat beberapa wawancara dan pemberitaan. Yaitu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun