"Ah, ibu jangan matre begitu."
"Bukan, tapi ...."
"Tapi siapa tahu ......" Salma penasaran.
Masroh adalah sepupu ayah Salma yang menetap di Semarang sejak delapan tahun lalu. Begitu lulus kuliah di UNDIP dia menikah dengan seorang dosen perguruan tinggi swasta asal Semarang juga. Ibu Salma percaya, Masroh akan memilihkan calon terbaik bagi Salma. Katanya, Masroh masih harus bernegosiasi  agar pemuda yang dimaksudkannya itu bisa diajaknya berkunjung. Pemuda itu telah menyatakan ketertarikannya atas foto-foto yang diperihatkan kepadanya.
***
Ternyata benar, pemuda itu membuktikan kesunguhannya. Dia datang sendiri. Pagi yang hening di rumah Salma dikejutkan oleh kedatangannya. Dia memperkenalkan diri. Namanya Sulistyo. Dia tampak santun dengan karakter kejawaannya. Dia juga menyampaikan maksud kedatangannya. Ayah dan ibu Salma menyambutnya dengan ramah. Setelah mereka undur diri dari beranda, keduanya berbincang empat mata. Â
Dia agak kikuk. "Sekali lagi mohon maaf, kalau kedatangan saya mengganggu ketenangan di rumah ini."
"O, sama sekali tidak. Justru aku bersyukur kau bisa tiba di sini. Harap maklum keadaannya begini, berantakan. Ini pekerjaanku." Salma menunjuk ke alat menenunnya.
"Ya, saya sudah tahu."
"Oh. Pasti sudah mencari tahu yah?"
"Betul. Untuk tujuan baik semoga saja tak ada salahnya."