Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Sang Penenun

28 Juli 2018   23:11 Diperbarui: 28 Juli 2018   23:40 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Itu tidak penting. Tapi sepertinya bapakmu tidak setuju. Itu sebabnya dia memintamu datang ke ladang."

"Tidak. Aku ingin kita membicarkannya di rumah saja. Aku bersedia mengantar makanan, tapi tidak untuk membicarakan hal itu."

"Baiklah. Segeralah kauantar, setelah itu pulang."

Setibanya di ladang, Suradin tak memberikan kesempatan bapaknya untuk bicara lebih banyak. "Kita bicarakan di rumah saja, Pak. Aku terburu-buru, mau mengurus KTP ke kantor desa." Suradin segera tancap gas. Bapaknya kesal.

***

"Tidak bisa, Din! Kami sudah sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Rodiah. Dia baru lulus sekolah kebidanan." Ayah Suradin serius. Rodiah adalah saudara misan Suradin dari garis ibunya. Berjodoh dengan saudara yang agak dekat telah menjadi kelaziman di lingkungannya.

"Ibu juga setuju Din. Kau pasti cocok. Tengoklah, dia cantik sekarang. Dulu memang masih anak-anak." Ibunya ikut merayu.

Suradin membatin. Biasanya kehendak ayahnya tak bisa dibantah. Bagi ayahnya itu cara satu-satunya jalan agar tidak berbesan dengan orang yang pernah jadi lawan politiknya. Suradin menahan diri untuk tidak bertemu Salma. Barulah sebulan kemudian Suradin berkunjung menemui Salma. Salma menyambut baik obrolannya tentang masa depan. Suradin menyembunyikan keraguannya. Penyebabnya adalah keberatan ayahnya.

Setelah pertemuan itu Suradin tak juga muncul. Salma merasakannya cukup lama. Ada semacam firasat dalam diri Salma yang mengisyaratkan bahwa kesungguhan Suradin perlu dipertanyakan.  Barulah, terhitung empat bulan kemudian Suradin mengutus seseorang untuk menemuinya dan mengabarkan bahwa rencananya terkendala restu orang tuanya. Katanya, Suradin tidak kuasa menentangnya. Kabar itu sangat memukul perasaan Salma.

"Barangkali dendam politik penyebabnya," ujar ibunya kesal.         

 "Dendam apakah itu? Ayah pernah punya musuh?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun