Lagi-lagi kami saling membuli berkali-kali
Hingga Mustika Sion menjadi nama untuk dikenang selamanya
Malam itu begitu temaram
Kamipun duduk disampiran kali berteman rembulan
Kusapa ia, ia pun menyapa
Pembicaraan hanya dipenuhi canda dan tawa
Tak sedikit membuatnya menangis
Bukan tangisan kesedihan, namun tangisan persaudaraan
Itu yang kutahu dari sekaan air matanya
Atau pukulannya yang menjadikan punggungku menjadi saksi bisu untuknya
Perlahan, waktu mulai memuncak
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!