Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Giveaway

6 Juli 2024   13:59 Diperbarui: 6 Juli 2024   14:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berjuang keras melawan pemain dari sekolah lain, Andi pun menjadi juara. Ia pun melaju ke kompetisi se-kabupaten, melawan para juara dari beberapa kecamatan.

Tak percuma Andi berlatih keras, walaupun dengan fasilitas seadanya. Walaupun harus terseok-seok melawan pemain-pemain handal, akhirnya Andi masuk ke babak final.

Babak yang menegangkan dan menentukan. Karena pemenangnya akan mewakili kabupaten untuk berlaga di kompetisi se-provinsi. 

Babak final itu mempertemukan Andi dengan salah satu siswa yang lebih berpengalaman, Ronald. Dari sekolah favorit yang langganan juara di kompetisi tersebut. 

---

Setelah kemenangan yang luar biasa di final, Andi merasa seolah-olah dunia berada di genggamannya. Ia sudah membayangkan bagaimana ia akan mewakili kotanya di tingkat provinsi, membawa semangat dan kerja kerasnya ke arena yang lebih besar. 

Namun, kegembiraannya tidak bertahan lama.

Sehari setelah kemenangan itu, ayah Andi mendapat kabar yang mengejutkan. Alih-alih Andi, yang ditunjuk untuk mewakili kota di tingkat provinsi adalah Ronald, lawan yang telah dikalahkan Andi di final. 

Ayah Andi tentu saja tidak bisa menerima keputusan itu. Ia bergegas menemui panitia untuk mencari penjelasan.

"Ini bagaimana? Mengapa Ronald yang ditunjuk, bukan Andi? Bukankah Andi yang juara satu?" Suara ayah Andi penuh dengan kemarahan dan ketidakpercayaan.

Panitia yang duduk di depan meja, dengan wajah dingin, menatap ayah Andi. "Maaf, Pak. Kami tidak mau berspekulasi dengan mengirim pemain dari daerah yang masih meragukan. Kompetisi di tingkat provinsi berbeda dengan di tingkat kabupaten. Tensinya sangat tinggi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun