"Be betul, Pak!"
"Materi presentasinya luar biasa, mudah dipahami tetapi menjelaskan banyak informasi. Tapi sayang, Anda kelihatannya gugup, tidak tenang. Muka Anda pun kelihatan pucat."
Jonan hanya mengangguk. Bagaimana tidak gugup dan bagaimana mau bersikap tenang, kalau setengah jam yang lalu dia telah melakukan tabrak lari. Masih terbayang dalam kepalanya, bagaimana Si Pengemudi sekuter tergeletak dan berdarah.
***
Sukses presentasi dan pujian dari Pak Hary tak mengurangi rasa gugup dan merasa bersalahnya. Jonan duduk termenung di ruang kerjanya sendirian.
"Tidak, dia tidak apa-apa, itu bukan tabrakan yang keras," lirih Jonan menghibur diri. "Lukanya tidak parah, pasti ada yang segera menolongnya atau membawanya ke rumah sakit."
Kedua tangannya menyangga kepalanya yang tertunduk. Beberapa kali kepalanya juga digelengkan, seolah ingin mengenyahkan bayangan Si Pengemudi sekuter.
***
Sepuluh menit mengurung diri di ruangannya, tiba-tiba Jonan dikagetkan suara intercom di sebelah kirinya, yang kemudian dengan malas diangkatnya.
Terdengan suara jenny di seberang sana, "Pak Jonan, ada tamu."
'Tamu? Perasaan dia tidak ada janji dengan siapa pun,' pikirnya.