Mohon tunggu...
Faby Uran
Faby Uran Mohon Tunggu... Petani -

aku anak Petani, rindu kembali menjadi Petani, membangun kampung halaman.\r\nDengan menulis, kubingkai potret kehidupan berpanorama sudut waktu antara garis pantai dan bukit ladang, kudendangkan sekuat deburan ombak, mewartakan kearifan Lokal yang harus dilindungi, kuletakan jiwaku di belantara pencaharian ini untuk generasi selanjutnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Pembangunan Desa Birawan Berbasis Budaya

28 Januari 2017   12:09 Diperbarui: 28 Januari 2017   12:29 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Blela Wutun berarti : Blela dari Kata : Lela artinya Menandai, Melarang. Wutun dari kata : Wutu : artinya Ujung. Secara etimologis, Blelawutun artinya Ujung yang ditandai, dimaterai, dilarang. Dikatakan ujung karena lokasi pantai yang berpasir berakhir disini.

Makna pantai yang dimateraikan ( dilela)  berarti ada hal yang dilarang, yang tidak boleh dieksploitasi. Hal-hal yang dilarang adalah :

Dimateraikan berarti ia menjadi milik suku uran dan tidak diklaim menjadi milik suku lain. Secara luas, tempat ini menjadi saran publik dan tidak boleh digunakan orang perorangan untuk kepentingan pribadi.

Pengambilan Pasir pantai (ada bagian pasir yang mana dapat digunakan untuk pembangunan)

Sebagai lokasi  Penyu  bertelur. Sebagai pantai yang dimateraikan maka ia menjadi tempat khusus bagi penyu untuk bertelur. Karena seekor penyu hanya  kembali bertelur di tempat ia menetas. Kearifan lain di Lewotobi, adalah ketika seekor penyu ditangkap waktu bertelur maka harus ada bagian yang diserahkan ke Tuan Tana.

Sedangkan di Lewouran, penyu tersebut harus dibunuh dan dibela di kampung lama di lokasi “ Pete Ke’a” dan pihak yang menangkap hanya mendapat bagian kecil yakni ekor penyu.

Dari data di atas ini bagi penulis, tradisi pemotongan Penyu di kampung lama dan mendapat bagian yang kecil, nenek moyang menyampaikan pesan tersurat yakni :

1. Penyu harus dihargai.  Pemotongan Penyu  di tempat khusus menunjukkan bahwa Penyu di masyarakat memiliki nilai  kesakralan   tersendiri yang harus  perlakukan juga secara istimewa

2. Nenek Moyang tidak dapat melarang masyarakat untuk menangkap Penyu yang bertelur juga tidak mengijinkan masyarakat melakukan eksploitasi terhadap  penyu Tradisi larangan secara tersurat menegaskan bahwa lebih baik penyu dilindungi. Membunuh penyu dan hanya mendapat bagian kecil merupakan tindakan sia-sia.[2]

Pesan yang disampaikan biasanya tersirat dalam kata-kata sastra ( koda kenake) dan tradisi-tradisi. Pesan-pesan tersebut tidak berhenti di generasi mereka tetapi pesan tersebut harus mampu direfleksikan oleh generasi dalam konteks kekinian. Pesan “tidak membatasi” harus diterjemahkan sebagai sebuah bentuk keharusan “Melarang” menangkap Penyu dan Mengambil Telur Penyu”

2.3. Nara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun