Mohon tunggu...
Faby Uran
Faby Uran Mohon Tunggu... Petani -

aku anak Petani, rindu kembali menjadi Petani, membangun kampung halaman.\r\nDengan menulis, kubingkai potret kehidupan berpanorama sudut waktu antara garis pantai dan bukit ladang, kudendangkan sekuat deburan ombak, mewartakan kearifan Lokal yang harus dilindungi, kuletakan jiwaku di belantara pencaharian ini untuk generasi selanjutnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Pembangunan Desa Birawan Berbasis Budaya

28 Januari 2017   12:09 Diperbarui: 28 Januari 2017   12:29 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masyarakat Mengetahui dan menyadari Pentingnya  membangun dan meningkatkan kualitas  Relasi Kosmos antara Terumbu Karang, Penyu, Ketersediaan Oksigen dan Keberlangsungan Ekositem laut dengan Kehidupan masyarakat.

Masyarakat sadar akan nilai-nilai luhur dari Tradisi Lela Kne’e, Hode Nale dan Hutan Terlarang

Masyarakat  sadar akan nilai-nilai luhur dari   situs-situs budaya

MEMAHAMI KEARIFAN LOKAL

 SEBAGAI SEBUAH REFLEKSI  MENUJU PEMBANGUNAN DESA BERBASIS BUDAYA

1. Kearifan Lokal dalam Konservasi Terumbu Karang dan  Pelindungan  Penyu.

Pada tahun 2003, penulis melakukan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat berkaitan dengan Patung Wulu, Patung Dewi Hujan.[1] Satu dari sekian tokoh adalah  Nikolaus Nani. Menurut beliau, masyarakat Lewotobi telah memiliki kearifan lokal dalam menjaga dan merawat kelestarian Terumbu Karang. Kearifan tersebut meliputi :

Kebiasaan membersihkan terumbu karang yang mati agar muncul terumbuh karang yang baru. Dari asepk ekonomi, terumbu karang yang mati diolah untuk menjadi kapur. Hasil olahan ini dipakai untuk dikonsumsi ( siri pinang, untuk pewarna sarung dan untuk pertanian). Kebiasaan pembersihan terumbu karang yang mati pun perlahan hilang sekita tahun 1980-an. Ketika  sudah banyak pilihan untuk pewarnaan sarung, cat tembok rumah ( saat itu rumah-rumah tembok masih sangat sedikit) maka kebiasaan ini pun hilang

Suku Uran ditugaskan untuk mengawasi masyarakat saat melakukan penangkapan ikan waktu air surut. Jika ada masyarakat yang merusak terumbu karang maka akan ditegur dengan keras. Sanksi waktu itu sebatas “ mendapat kata-kata kasar”. Meskipun hanya sebatas teguran keras, masyarakat taat. Namun dalam perjalanan waktu , kearifan ini hilang karena sanksi sebatas kata-kata.

Pilihan suku uran karena suku uran identik dengan suku pelaut. Sejarah suku Uran adalah suku pelaut. Dalam konteks Patung Wulu, mereka berperan dalam mendatangkan Patung Gaja sebagai “ yang sepandan “ dengan patung Wulu.

2.  Penamaan Lokasi Pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun