Mohon tunggu...
Faby Uran
Faby Uran Mohon Tunggu... Petani -

aku anak Petani, rindu kembali menjadi Petani, membangun kampung halaman.\r\nDengan menulis, kubingkai potret kehidupan berpanorama sudut waktu antara garis pantai dan bukit ladang, kudendangkan sekuat deburan ombak, mewartakan kearifan Lokal yang harus dilindungi, kuletakan jiwaku di belantara pencaharian ini untuk generasi selanjutnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Pembangunan Desa Birawan Berbasis Budaya

28 Januari 2017   12:09 Diperbarui: 28 Januari 2017   12:29 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

2.1. Bese Wewe

Setiap Lokasi di pesisir Pantai diberi nama dan setiap nama memiliki makna. Sebuah Lokasi yang disebut “ Bese Wewe”. Secara etimologis Bese berarti Gemuk, hamil. Wewe  berarti : mulut.

Lokasi Bese Wewe yang berhadapan dengan Wai Bele ( sumur pertama di Lewotobi), merupakan sebuah area yang mana saat air surut lokasi ini tidak kering alias tetap ada genangan seperti kolam. Dan lokasi sekitar Bese Wewe, sekitar tahun 1980-an saat air laut pasang, panorama air laut berwarna-warni karena terumbu karang yang berwarna-warni.

Dari data di atas, maka bagi penulis, Penamaan Lokasi Bese Wewe oleh nenek moyang memiliki sebuah landasan :

Berdasarkan arti Etimologis, tempat ini dapat diterjemahkan sebagai tempat ikan bertelur. Di tempat ini, ikan-ikan berkumpul di masa bertelur sampai menetas. Karena di tempat ini pula ada Karang Besar dengan lubang yang sangat besar. Namun kondisi sekarang lubang karang ini telah tertutup karena kebiasaan masyarakat menghancurkan terumbu karang waktu menangkap ikan.

Ketersediaan terumbu karang dengan aneka warna menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi ikan –ikan pada masa bertelur.

Dalam kaitan dengan keberadaan Wai Bele, sumur tua, sumur pertama dan  Witi Wai, menegaskan sebuah relasi antara manusia dengan alam. Sebelum sumur ini ada, masyarakat mengambil air di Witi Wai saat air surut. Sebagai sumber mata air maka tempat ini menjadi saran publik, tempat masyarakat berkumpul. Witi Wai, Wai Bele menjadi ruang diskusi sosial. Di lokasi Bese Wewe ini juga dilakukan ritus Penjemputan dan Pengambilan “ Nale” oleh Suku Uran

Dari data ini,  bagi penulis lokasi Bese Wewe merupakan sebuah tempat pertemuan dialog kosmos, dialog budaya, sosial   antara manusia dan alam. Namun ruang pentas dialog ini hilang karena masyarakat berhenti melakukan refleksi  atas relasi dengan alam. Ketika ruang dialog ini hilang maka ruang kesadaran pun hilang dan yang ada hanya ruang untuk proses eksploitasi alam. Alam dengan caranya menyediakan tempat untuk ikan. Namun karena  keterbatasan refleksi dan didorong oleh nafsu serakah manusia maka bagian yang harus untuk alam menyediakan keberlangsungan kehidupan dirusak

Bese Wewe sebagai ruang untuk mengandung dan melahirkan kehidupan, juga merupakan ruang diskusi publik untuk merenung refleksi kehidupan, “mengandung” nilai-nilai kehidupan dan ketika waktunya nilai-nilai kehidupan itu dilahirkan, dituturkan, diwartakan dalam sukacita kesatuan kosmos sebagaimana tarian ikan meliuk di tengah-tengah warna-warni terumbu karang.

2.2. Blelawutun

Lokasi Blelawutun dikenal sebagai “kne’e” suku uran.  Di lokasi Blelawutun ini juga sebagai tempat Penyu Bertelur selain di lokasi Nara dan di Pantai Waiotan dan Pede.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun