Dengan bantuan Apip dan Putin yang terus menyemangatiku. Aku akhirnya bisa menyelesaikan soal-soal meski dengan sedikit ragu-ragu.
Ketika ulangan selesai. Kami mengumpulkan lembar jawaban dengan perasaan lega yang mengalir pelan. Aku menghela napas panjang. Masih cemas dengan hasilnya. tetapi setidaknya kami sudah melewati satu rintangan lagi.
Beberapa hari kemudian. Hasil ulangan diumumkan. Jantungku berdegup kencang saat Bu Wati membagikan kertas ulangan. Wajahnya tetap tanpa senyum seperti biasa. Ketika aku menerima kertas itu. Aku langsung mencari nilainya dan hatiku melonjak. Kami semua lulus KKM! Wajah kami berseri-seri dan suasana kelas mendadak riuh oleh suara kegembiraan.
Apip tersenyum lebar sambil menepuk pundakku. "Ternyata tidak seburuk yang kita kira. Kan?" katanya dengan nada puas.
Putin menepuk punggungku. Senyum lebar terlukis di wajahnya. "Kamu berhasil. Pi. Kita harus rayakan ini. Lain kali kita lebih serius. Ya?" katanya. Matanya bersinar dengan semangat baru.
Kami tertawa bersama. Merayakan keberhasilan kecil ini dengan sukacita sederhana namun berarti bagi kami.
Kejadian ini mengajarkanku bahwa meskipun menjadi pelupa adalah bagian dari diriku. Aku tidak boleh menjadikannya alasan untuk menyerah. Aku harus belajar untuk lebih bertanggung jawab dan berusaha keras. Terutama ketika menghadapi tantangan yang tampak sulit. Dengan usaha keras. Persiapan. Dan dukungan teman-teman. Aku bisa melewati tantangan apa pun. Meskipun harus belajar lebih baik lagi untuk mengatasi sifat pelupa ini. Amanat dari cerita ini adalah selalu berusaha sebaik mungkin. Menghargai dukungan teman. Dan tidak menjadikan kelemahan sebagai alasan untuk tidak bertanggung jawab.