Aku makin panik. Perasaan gugup menjalar hingga ke ujung jari-jariku.
"Aku pasti bakal gagal." gumamku pada Apip dengan wajah putus asa.
Fajri yang duduk di depan kami memutar tubuhnya. Matanya tampak penuh rasa cemas.
"Kamu tidak belajar. Pi?" tanyanya. Meskipun jawabannya sudah jelas.
Putin yang biasanya tenang pun tampak gelisah. Tangannya memegang pensil dengan gemetar.
"Aduh. bagaimana nih? tidak ada yang tahu soal ini." katanya dengan cemas. Suaranya bergetar.
Saat lembar soal dibagikan. Aku mencoba menenangkan diri meskipun hatiku berdegup kencang. Ternyata. Soal-soal ini masih dalam batas kemampuanku meskipun beberapa tampak sulit.
Apip menepuk pundakku dengan penuh semangat. Mencoba memberikan sedikit dorongan. "Tenang. Pi. Kita hadapi saja. Yang penting kita berusaha." katanya. Suaranya penuh optimisme meski dia juga tampak sedikit ragu.
Putin menambahkan dari belakang. "Coba kerjakan semampunya dahulu. Pi. Kita pasti bisa lewatin ini." ucapnya. Nada suaranya lebih lembut tetapi tetap memberiku harapan.
Meski sedikit ragu. Aku mulai mengerjakan soal satu per satu. Mencoba fokus meskipun otakku terasa penuh kegelisahan. Apip di sebelahku mengerjakan soal dengan cepat. Seolah ingin menularkan semangat kepadaku. Putin terus berusaha menenangkan suasana dengan gumaman kecilnya.
"Kita pasti bisa. Fokus saja." katanya sambil mencoret-coret jawabannya dengan mantap.