Apip tersenyum lebar, menepuk pundaknya. "Ternyata nggak seburuk yang kita kira, kan?" katanya puas.
Putin juga menepuk punggung Upi. "Kamu berhasil, Pi. Kita harus rayakan ini. Lain kali, kita lebih serius ya," katanya penuh semangat.
Upi tersenyum, merayakan keberhasilan kecil itu bersama teman-temannya. Dalam tawa dan canda, Upi menyadari sesuatu yang penting.
Konflik dalam cerita ini adalah ketidakmampuan Upi untuk mengatasi sifat pelupanya. Hal ini menciptakan masalah yang berulang dalam kehidupannya, baik di rumah maupun di sekolah. Namun, puncak dari konflik ini terjadi saat ia dihadapkan dengan tugas dan ulangan fisika. Ketika ia lupa mengerjakan tugas, ia merasa malu dan tertekan. Lalu, ulangan dadakan menjadi ujian nyata bagi dirinya. Konflik ini diselesaikan dengan dukungan teman-temannya, yang membantunya melalui situasi tersebut, dan Upi pun berhasil menghadapi tantangan itu.
Dari pengalaman ini, Upi belajar bahwa meskipun menjadi pelupa adalah bagian dari dirinya, itu bukan alasan untuk menyerah atau mengabaikan tanggung jawab. Dengan usaha keras, persiapan yang lebih baik, serta dukungan dari teman-teman, ia bisa melewati tantangan apapun.
---
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H