Mengingat usianya memasuki masa transisi sehingga perlu dukungan untuk meningkatkan percaya diri.
Kami berusaha untuk tidak memancing pertanyaan yang menyedihkan. Semisal, "Apakah kamu rindu rumah?" Atau, "Ibu sangat rindu padamu Nak."
Sebab ini sudah bisa dipastikan jawabannya adalah, "rindu". Sontak anak akan menangis dan ingin memeluk kita, atau sebaliknya.
Biasanya kami mengalihkan dengan lebih banyak memberinya motivasi.
"Mas yang semangat menghafal Al Qur'an ya. Bapak, ibu, adek-adek di rumah pun demikian, sama seperti mas di sana."
Dengan begitu anak tidak akan merasa berjuang seorang diri, sebab seluruh anggota keluarga ikut serta seperti dirinya. Menjadi pejuang.
Bagi kami ini merupakan kunci. Sebab semangat orang tua akan mengalir pada anak meski bukan lewat air. Motivasi orang tua pun akan terbagi pada anak meski tak selalu di sisi.
Menjadikan penelponan yang berdurasi terbatas sebagai pendampingan yang tiada batas. Semoga bisa menjadi bagian ikhtiar yang bermanfaat.
Libur kepulangan menjadi full time pendampingan, bukan memanjakan
Libur kepulangan adalah bonus istimewa bagi santri dan wali santri. Saat di mana bisa melepas kerinduan setelah sekian waktu tak di sisi. Di pondok si sulung, libur kepulangan dibagi per tiga bulan sekali.
Tiap santri mendapat kesempatan menjenguk orang tua selama dua pekan. Untuk rehat sejenak sembari melepas kerinduan, namun bukan memanjakan.