Namun ucapannya barusan terasa seperti cubitan halus di dadaku. Â
Zuna reflek mendongak ke arahku.Bukannya menanggapi omongan Juniar. Lekat matanya mengamati Juniar dari ujung kaki hingga ke puncak kepala. Dielusnya rambut ikal sebatas bahu yang hitam legam seperti ikal rambutnya.
Tapi memang dasar Juniar, dia malah balik menatap, seakan sudah kenal sebelumnya.
Mereka berdua saling pandang seolah berbicara dari hati ke hati.
 Sesaat kemudian..
"Pipi Om basah," terdengar suara lirih serupa gumaman. Tangan Juniar merogoh kantong baju, mengeluarkan tissue, mengusap pipi Zuna.
Zuna mengerjap-ngerjapkan matanya, seakan berusaha menahan titik air yang akan jatuh dari bola mata bulatnya.
Ooh. Tuhan. Adegan ini! mengetuk-ngetuk dadaku.
Cerobohnya diriku! Situasi ini diluar prediksi ku.
"Niar.. ayo ganti bajunya dulu!"tak ingin berlama-lama, segera kami menaiki tangga.
Zuna membuntuti di belakangku.Â