"Please!" Zuna memohon. Sambil meletakkan ponselnya di genggaman tangan ku.
Aku bingung sebenarnya, mengapa Taruna mau bicara denganku? Dan mengapa pula Taruna perlu tahu kalau ayahnya sedang di rumahku.Â
Memang dulu kami pernah beberapa kali bertemu, cuma sebatas berjabat tangan sebagai penghormatan dia kepada teman -teman ayahnya.Dan perbincanganku dengan Taruna hanya sekedar bertanya, bagaimana sekolahmu? Dan apakah Taruna juga suka menulis seperti ayahnya? Cuma sebatas itu. Dia baru masuk SMA kala itu.
" Assalamualaikum,"terdengar suaranya yang lembut dan sopan, bertanya apakah aku sehat?
"Waalaikum salam, Alhamdulillah saya sehat wal'afiat, semoga Taruna juga sehat . Belajar yang rajin ya.."
Tidak lama kami bicara, setelah Taruna mengucapkan salam penutup, ponselnya dimatikan. Lalu ponsel Zuna pun ku kembalikan.
Ah,mengapa tetiba irama di dadaku berantakan sih.
Kenyataan bahwa istri Zuna sudah meninggal. Kedatangannya yang disengaja, lalu Taruna seakan-akan ditautkan berkomunikasi dengan ku. Rangkaian kejadian ini seperti sudah direncanakan.
Ada apa ini?
***
Akhir kata;