Saya mungkin baru mengenalmu lewat cerita-cerita yang akhi ahsan sampaikan pada saya sejak awal kedatanganmu. Sejak saat itu saya mulai minta kepada Allah agar memantapkan hati saya untuk memilih ukhti Ira. Belum sempat saya melihat wajah ukhti Ira,namun sebelum petemuan siang ini saya begitu mantab ingin mengkhitbah ukhti Ira menjadi istri saya. Saya menulis surat ini tidak sedang merayu ataupun bergurau. Keseriusan saya untuk menikahi ukhti dan jika berkenan ukhti ingin mencintai dan menyayangi ukhti,menjadikan ukhti Ibu bagi anak-anak saya nanti,menjadi madrasah pertama bagi anak-anak saya kelak dan menjadikan ukhti permaisuri di hati saya kelak. Saya hanya butuh jawaban ukhti,jika ukhti setelah selesai shalat makin mantab hatinya silahkan hubungi saya kembali melalui Mas Ahsan. Maka saat itu juga saya akan datang ke Bandung untuk meminang ukhti Ira. Dan izinkan saya menjadi bintang di hatimu"
Â
Aku menangis membacanya,tapi setelah 2 minggu aku baru memberi kabar pada teh Linda bahwa aku menerima lamaran Najmi. Sebelumnya sudah aku ceritakan pada Ibu bahwa aku akan menerima lamarannya. Selang satu hari  Akhi Najmi datang membawa abi dan ummi nya untuk datang kepada Ibu ku untuk meminangku. Ibuku menerima dengan hangat dan langsung menentukan hari saat aku hendak menyempurnakan ibadahku dengan menikah. Sebelum pernikahan kami, aku sempat bertukar pesan sms dan aku berkata "terima kasih telah mau menjadi bintang di hati ku".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H