"Gimana kamu bisa menemukan yang pas. Kamu saja sibuk dengan pekerjaanmu sebagai Manajer perusahaan multinasional dek"
"Hehehe, teh kalau sudah waktunya dia dateng sendiri teh"
Kami pun tersenyum sepanjang perjalanan.
*Hari pertama
Lingkungan pesantren yang tenang membuatku nyaman berada di sini. Terdengar suara syahdu para santri mengaji Al Qur'an. Ada salah satu suara yang jadi favoritku sejak siang tadi aku sampai di pesantren ini hingga malam ini suara itu tetap sama. Suaranya yang merdu terdengar hingga sudut ruangan kamar istirahat ku yang berada tepat di belakang blok Masjid pesantren. Suaranya bahkan membuat aku menangis ketika ia bacakan Surah An-Nisa yang terdiri dari 176 ayat.
Teh Linda mengetuk pintu kamarku untuk mengajakku makan malam. Mas Ahsan sedang ada di ma'had, hanya ada aku dan teh Linda saja di ruang makan seluas 3x3m. Terasa hening karna dek Aya sudah tertidur pulas ternyata.
"Teh, santri di sini qiro'ahnya bagus-bagus ya. Aku dIbuat menangis mendengarnya."
"Yang mana? Yang sejak siang tadi ada di Masjid sedang qiro'ah itu?"
"Iyaa Teh,"
"Oh itu bukan santri, itu salah satu asatidz di sini beliau itu lulusan kairo temennya mas Ahsan dulu. Najmi namanya Najmi Abdurrahman."
Sambil tertunduk malu " Hehehe aku pikir santri Teh". Setelah selesai makan aku kembali ke kamar untuk ber istirahat. Sambil terus terlintas dalam benakku nama yang teh Linda sebutkan tadi. Najmi, yang bermakna bintangku. Hah kembali ku mengingat bapak,kucurahkan rindu ku dalam segenggam doa.