Daud terkejut melihat kehadiran Tama yang telah lama tidak mengunjungi mall itu untuk mengantar barang, namun tiba-tiba Daud melengos mengingat betapa kesalnya dia pada perempuan di hadapannya itu.
“Kau masih marah?” Tanya Tama sambil mendekatkan wajahnya pada Daud.
“Kenapa?”
“Aku minta maaf. Aku salah.” Kata Tama menunduk.
“Ya, sudah… Pulanglah…” Kata Daud kesal.
“ Hei. Kok kamu begitu sich” Tama terlihat sedih. “Padahal aku sudah mendapatkan pekerjaan baru, dan ingin memberitakan kabar bahagia ini sama kamu. Khan, kemarin-kemarin kamu yang menyemangati aku…” Kata Tama yakin.
“Oh… Gak penting banget…” Ucap Daud acuh tak acuh.
“Kenapa?” Tanya Tama berkaca-kaca. “Kalau aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan, aku ingin balik menyemangati kamu supaya cepat kuliahnya…” Bujuk Tama sebagai bentuk permintaan maafnya.
Daud seperti berpikir keras, dan dia menyadari bahwa Tama betul-betul tulus memintamaaf. Daud memandangi Tama senti demi senti. “Tidak mungkin gadis sepolos ini memiliki sifat sombong, dia hanya sedikit tertutup saja mengenai kehidupan pribadinya…” Daud tersenyum tipis.
“Eits… Tapi kita berteman dulu. Tunggu selesai dulu kau kuliah baru aku pikirkan SMS yang kemarin…” Tawar Tama sambil tertawa, mengundang Daud ikut tertawa. Tama mengulurkan tangannya sebagai tanda pertemanan mereka menyatu kembali. Kini dia menyalam Daud lebih erat dari sebelumnya.
“Eh… Natal nanti kita sama-sama pulang kampung, ya…” Ajak Daud tidak melepas jabatan tangannya.