“Hei!!! Bisanya khan?” Tanya Daud garang mengejutkan lamunan Tama, tangannya sudah memegang pulpen untuk mencatat nomor Tama.
“Ya, sudahlah… 0812 5555 XXXX” Kata Tama singkat dan berjalan menjauh.
“Hei… Nanti malam aku telepon ya, Ito…” Jeritnya seperti lupa bahwa dia masih pada jam kerjanya. Sepeetinya dia begitu tertarik pada perempuan Batak pendiam itu.
Tama hanya mengangguk dan berjalan ke arah mobil kantor yang akan segera mengantarkan dia kembali ke kantor.
Di kamar kost-kostannya, Tama terlihat sedang browsing lowongan pekerjaan di sebuah situs pencari lowongan pekerjaan. Walau pun dia sudah memiliki pekerjaan, namun dia tetap mencari yang lebih baik. Karena di pekerjaannya sekarang, Dia harus mengurus outlet-outlet perusahaan tempat dia bekerja sendirian, dan digaji sangat kecil.Tama merasa tidak nyaman dan dia merasa akan mustahil pekerjaan itu membuatnya menjadi wanita yang mapan.
Di kost Tama terlihat sebuah tulisan yang ditempel di dinding, “Mapan dulu baru pacaran!”
“Huft… Belum mapan gini, mana bakalan sempat mikirin jodoh…” Gumamnya pasrah sambil menghempaskan tubuhnya ke kasur.
Tama merupakan perempuan yang cukup aneh. Selain dia pribadi yang tertuttup, dia juga memiliki prinsip yang rumit. Dia tidak akan mau membuka diri pada lelaki mana pun sampai dia mapan secara financial. Padahal, sebagai perempuan tidak seharusnya dia memikirkan hal rumit itu. Tapi itulah Tama.
Handphone Tama berdering, membuyarkan lamunannya yang sudah terlanjur jauh. Tama melirik pelan-pelan layar Handphone-nya tertera nomor baru. Bagi seorang single seperti Tama adalah hal yang jarang terjadi jika Handphonenya berdering. Huft, Tumben… Gumamnya dalam hati.
“Haloo…” Sapa Tama.
“Haloo…” Terdengar suara ceria itu, yang sangat dihapal Tama walau baru sekali bertemu. “Itooo… Apa kabar…”