Mohon tunggu...
Uli Elysabet Pardede
Uli Elysabet Pardede Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Inspirasiku dalam menulis adalah lagu indah, orang yang keren perjuangannya, ketakutanku dan hal-hal remeh-temeh yang mungkin saja bisa dibesarkan atau dipentingkan… Tuing! blog : truepardede.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Aku, Ellen dan Hantu itu

15 Maret 2016   23:15 Diperbarui: 16 Maret 2016   04:34 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gavin masih tertidur di apartementnya, kantung matanya terlihat gelap. Kringgg!!! Tiba-tiba jam wekernya berdering kencang tepat di atas meja di samping tempat tidurnya. Dia merasa terganggu dan tangannya segera menyambar weker di atas meja.

“Haduh, cuman tidur 2 jam doang!” Pekiknya kesal melihat jam sudah menunjukkan jam 6 pagi yang membuat dia terpaksa bangun untuk berangkat kerja.

Tiba-tiba dia teringat sesuatu, bangun tapi malah menyudut di sudut tempat tidur dekat dengan jendela. Dibukanya lebar-lebar gorden sehingga cahaya pagi memasuki kamarnya. Matanya menyapu seluruh ruangan tidurnya.

“Lalala… Cahaya matahari… Yang semalaman  ngerjain gue pada sembunyi nih yeee…” Katanya konyol. Dengan bangga dia bangkit dari tempat tidurnya dan menyambar handuk segera memasuki kamar mandi.

Belum lagi dia menutup pintu kamar mandi, tiba-tiba terlihat bayangan perempuan berlari di belakangnya.

“Kyyyaaaaaa!!!” Pekik Gavin. Blammm!!! Segera dia menutup pintu kamar mandinya.

“Dasar setan!” Pekiknya dengan kencang.

Hantu itu lagi. Penunggu apartement Gavin yang baru ditempatinya 2 bulan yang lalu, dan selama 2 bulan dia selalu merasa kurang tidur. Tangannya gemetar menyalakan shower yang membasahi tubuhnya yang berotot. Walau pun berotot tetapi sedari kecil dia sudah dikenal sebagai Gavin si penakut. Bahkan saat masih tinggal bersama orangtuanya di Bandung, Gavin lebih memilih tidur bersama Mamanya. Namun, semenjak dia sudah tamat kuliah dan berhasil diterima di sebuah perusahaan ternama di Jakarta, dia terpaksa merantau dan tinggal di apartement milik orangtuanya.

Bisa saja dia pulang ke Bandung dan bermanja kepada Mamanya lagi, namun dia sudah terlanjur naksir seorang perempuan di kantornya. Yang wajahnya mirip seorang dewi.

Setelah Gavin selesai beres-beres tepat jam 7 pagi dia segera keluar masih dengan wajah yang tegang. Namun saat dia sudah berada di luar pintu dia segera menjulurkan lidahnya dan sekali-kali memonyongkan bibirnya ke arah kamar hanya untuk mengejek hantu yang selalu menakutinya setiap malam. "Weeekkkk!!! Gue berangkat kerja. Elo enggak!!!" Teriaknya seperti orang gila. Tanpa dia sadari beberapa orang yang sedang berdiri di depan lift sudah memperhatikan kekonyolannya sambil geleng-geleng.

Gavin sadar dan segera mengunci pintunya dan berjalan dengan gagah seolah-olah tidak ada yang terjadi, padahal di dalam hati dia merasa malu.

***

Di kantor…

Gavin mengintip ke pantry. Matanya menyapu isi pantry dan terhenti pada sosok yang betul-betul sedang dia kagumi. Ellen namanya.

“Hai…” Sapa Gavin.

“Hai…” Katanya singkat dengan senyum tipis kemudian menyeruput kopi paginya.

“Wuih… Minum kopi, ya?” Tanya Gavin sok kompak sambil duduk di samping Ellen. “Kenapa?”

“Kenapa? Aku ‘ngantuk…” Jawab Ellen.

“Kenapa?”

“Kenapa lagi? Heh… Kemarin lembur di kantor sampai jam 11 malam…”

“Lembur? Jam 11 Malam? Sendirian?” Tanya Gavin dengan wajah tidak percaya.

“Ya…” Ellen tersenyum bangga. “Kamu Gavin si penakut itu, ya?” Tanyanya sambil tertawa kecil.

“E… Enggak…”

“Sssttt… Aku bisa lihat dan berbicara dengan mereka , lho. Itu di ruangan finance ada satu…” Ellen mulai jahil.

“Satu apa? Satu yang ga bisa dilihat mata telanjang? Aduh… pagi-pagi kok cerita begitu, sich…Di apartement ada hantu, masa di kantor ada juga” Gavin garuk-garuk kepala.

“Heheheh… Maaf…” Ellen meneguk kopinya yang tinggal sedikit. “Rumah kamu di mana sich…” Tanya Ellen.

Gavin yang bulu kuduknya sedari tadi sudah berdiri tegak langsung tersenyum lebar mendengar pertanyaan Ellen, sebagai tanda pembukaan untuk hubungan yang pasti lebih dekat lagi.

“Kenapa? Mau main ke rumah, ya? Bisa, kok…Eh, sekalian bicara sama hantu penunggu di kamarku, dan suruh dia untuk enggak ganggu aku lagi” Kata Gavin.

“Hahahahah…. Iya… Kapan-kapan, yach…” Kata Ellen sambil bangkit berdiri dan melirik jam tangannya. “Aku masuk dulu, ya… Bye…” Ellen pergi meninggalkan Gavin. Gavin mengernyitkan dahi. “Huh… Dasar wanita PHP…” Gumam Gavin.

***

Hari-hari Gavin berjalan seperti biasa. Jika sudah di apartementnya Gavin selalu ditakuti oleh hantu perempuan  itu. Tetapi jika sudah berada di kantor, hatinya selalu berbunga-bunga apalagi bila sudah bertemu dengan Ellen. Lama sudah semenjak janji Ellen ingin datang ke apartement Gavin, namun sampai sekarang dia belum juga datang. Kalau datang pastilah Gavin ingin menyuruh Ellen berbicara kepada hantu perempuan di kamarnya itu.

Pernah suatu ketika dia memasak mie instant dengan takaran bumbu yang sudah pas, kemudian dia tinggal ke kamar mandi sebentar, tetapi saat kembali dan mencicipinya rasa mie instant itu asin sekali. Pastilah perbuatan  hantu perempuan itu. “Dasar jahil…” Omel Gavin sambil membuang kuah mie itu ke wastafel, dan menambahkan air panas dari dispenser. Kejadian lainnya itu, terkadang lampu kamar mati tiba-tiba, air di kamar mandi mati tiba-tiba, dan lain sebagainya. Entah sampai kapan hantu perempuan itu berhenti bermain. Gavin hanya berharap Ellen datang dan berbicara dengan hantu itu, walaupun sebenarnya Gavin ada harapan yang lain juga. Hihihi….

Walau pun Ellen sampai saat ini belum datang juga ke apartement Gavin, tapi mereka sering berjumpa via whatsapp. Hati Gavin berbunga-bunga setiap mendapat balasan dari Ellen. Padahal ada yang memperhatikannya pada saat yang bersamaan ada sepasang mata yang meyeramkan di balik poni berantakan berubah menjadi sendu bahkan menitikkan air mata.

Saat Gavin sedang semangat-semangatnya chat dengan Ellen. Tiba-tiba ada yang menggetok kepalanya dengan kuat.

“Addawww…!!!” Pekik Gavin. “Ih, siapa sich!” Gavin mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang menggetok kepalanya.

“Gue!!! Gue setan!!!” Pekik hantu perempuan itu menunjukkan wajahnya.

“Hwaaawwwhhhh!” Teriak Gavin. “Takuuuuttttt”

“Apa lo? Dasar laki-laki gak peka…” Hantu perempuan itu menggetok kepalanya lagi.

“Sakit tau!” Gavin menangis sejadi-jadinya sampai ingusnya menggantung di atas bibir.

“Biarin… Enak-enakan lo chatting bareng cewek itu… Gue liatnya nyesek tau, gak!!!” Teriak perempuan itu kencang sampai menggetarkan tempat tidurnya.

“Maksudnyaaaa? Mba Hantu suka sama aku?” Tanya Gavin polos.

“Mba Hantu… Mba Hantu… Nama gue Raisa tau!!!” Pekiknya.

“Idihhh… Gaya banget tuh nama…” Kata Gavin polos.

“Hah! Dasar laki-laki banyak omong…. Ciaaattttt!!!!” Satu bogem mentah mendarat ke pipinya bersamaan dengan jam weker yang berderiing. Kringggggg!!!

Gavin segera terbangun dan mengelap keringat yang mengucur di seluruh tubuhnya. Dia terpelongok ternyata sudah pagi, dan kejadian yang mengerikan tadi cuman mimpi.

“Ya, Tuhan…” Desisnya pelan sambil menarik selimut dan melihat bahwa seprai sudah basah karena pipisnya.

***

Di kantor saat jam istirahat. Gavin berlari mencari Ellen yang mungkin saja sedang makan siang di Kantin. “Eh, liat Ellen, ga?” Tanyanya pada teman seruangan Ellen. Teman Ellen hanya menggeleng. Gavin kembali berlari mencarinya, namun langkahnya terhenti saat melihat Ellen dan temannya Widi sedang melahap makan siangnya.

“Ellen…” Panggil Gavin sambil berjalan cepat dan segera duduk di samping Ellen. “Mana janji kamu? Katanya mau datang ke rumah bicara sama si hantu. Aku diganggu terus tauuu!!!” Rengek Gavin.

“Ih… Kamu penakut banget…” Ejek Ellen.

“Bukan gitu. Ini parah… Parah…” Gavin terlalu bersemangat bercerita. “Masa si hantu itu naksir sama aku…” Pekik Gavin.

“Hihi…”

“Please, Ellen. Jangan ketawain aku… Aku butuh pertolongan kamu. Cuman kamu yang bisa Bantu aku saat ini…”Rengek Gavin sambil menarik-narik lengan baju Ellen. Kali ini Gavin memohon serius, mungkin karena sudah terlalu muak diganggu oleh hantu itu.

“Okey… Aku Bantu apaan? Bicara sama dia? Terus apa kalau aku sudah bicara sama dia semua masalah terselesaikan…?” Kata Ellen.

“Iya!!! Soalnya hantu itu ternyata cemburu sama kamu… Dia masuk ke mimpi aku semalam, dan marah-marah ga jelas” Kata Gavin bersemangat.

“Maksudnya?”

“Iya… Dia baca chat aku sama kamu. Dan dia cemburu. Dia pikir kita pacaran…”

“Aduhhh… Makin gak masuk akal deh lama-lama…” Ellen garuk-garuk kepala. “Ya, udah deh… Nanti pulang kerja aku datang deh, tapi bareng Widi…” Ellen menunjuk ke arah Widi yang sedang melahap makanannya. Tetapi pada saat itu juga Darto muncul, cowok yang juga sedang naksir berat pada Ellen.

“Ellen! Nanti malam jadi, khan?” Katanya memotong pembicaraan antara Ellen dan Gavin. Gavin segera mundur teratur dan sadar bahwa tidak akan mungkin Ellen datang ke apartementnya, ternyata dia sudah membuat janji dengan Darto.

“Gavin…” Panggil Ellen, tetapi Gavin tetap berjalan meninggalkan mereka.

***

Gavin terduduk di sofa dan memandang ke sekeliling rumahnya. Salah ternyata dia berharap pada Ellen yang sudah memiliki Darto. Antara perasaan yang takut teramat besar dan patah hati yang lumayan dahsyat sedang berkecamuk di dalam dirinya.

"Hantu... Ellen yang kamu cemburuin kemarin itu gak jadi dateng..." Gavin bicara sendiri seperti orang gila. Tiba-tiba omongan Gavin tadi dibalas dengan suara bantingan di atas meja.

"Waawww!!!" Gavin berlari ketakutan masuk ke kamar dan menutup pintunya.

Tok tok tok... Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu depan. Gavin semakin was-was, apa itu ulah hantu perempuan itu atau dia sedang kedatangan tamu dari bangsa manusia juga. Gavin membuka pintu kamar dan mengendap-endap menuju pintu depan, dan Kriiieett!!! Gavin membuka pintu depan dan melihat dua orang wanita berdiri manis.

"Hallo..." Ellen melambaikan tangan. Dan tanpa dipersilahkan sudah masuk ke dalam bersama dengan Widi.

"Lha? Darto gimana? Katanya kamu janjian sama Darto!" Tanya Gavin kebingungan sambil melihat kedua gadis itu sudah duduk di sofa.

"Aku kasihan liat kamu. Makanya aku datang, tuh muka kamu pucat banget, pasti ketakutan setiap hari..." Kata Ellen santai.

"Wah... Kamu baik banget sama aku..." Gavin terharu.

"Ssssstttt... Aku lihat... Dan... Dan... Dan dia berbicara... OMG, Aku jadi ketakutan juga nih..." Kata Ellen yang berubah menjadi pucat pasi.

"Apa?" Gavin segera berlari dan berdiri di belaka sofa.

"Ih... Kalian berdua bikin aku takut." Widi merapatkan badannya ke Ellen.

Ellen terlihat mengangguk-angguk kepala, dan tatapan matanya antusias. Seolah-olah dia sedang diwawancarai oleh seseorang dan sesorang itu adalah hantu perempuan yang bernama Raisa.

"Makasih sudah datang. seandainya aja Gavin punya keebihan kayak kamu bisa lihat dan bicara sama hantu, pasti aku makin betah di sini..." kata hantu itu dingin sambil menyibakkan poninya yang berantakan menunjukkan biji matanya yang hampir copot.

"Tapi dia takut sama kamu. Dunia kalian berbeda..."  kata Ellen menjelaskan.

"Huft! kamu ga tau sich jatuh cinta pada pandangan pertama semenjak dia datang ke sini... Sebenarnya aku dulu sering mangkal di lobby, tapi pertama kali aku liat dia langsung ngekor sampai ke kamar ini..." kata hantu itu tertunduk malu.

"Jadi kamu naksir dia?" Ellen sedikit mengernyitkan dahi. Gavin menepuk jidat sendiri, dia mondar-mandir di belakang sofa seperti setrikaan.

"Dia jomblo khan?" tanya hantu itu.

"Ellen... Dia ngomong apa dari tadi?l" Tanya Gavin penasaran.

"Uuummm. Dia naksir kamu, dan dia tanya kamu jomblo atau bukan..." Kata Ellen.

"Hah?" Gavin tertegun namun kemudian menjentikkan jemari. "Hantu... Di sebelah mana pun kamu duduk aku gak liat kamu... Aku cuman mau bilang aku.... aku ga jomblo lagi.... Aku ga bakalan jomblo lagi kalo uda berhasil nembak dia... " Gavin menunjukkan Ellen dengan wajah memerah.

"Apaan sich kamu?" Ellen tersipu malu.

Tetapi hantu itu menundukkan kepala dan menitikkan airmata. Wajahnya yang sejak tadi begitumenyeramkan tiba-tiba berubah teduh dan sangat cantik.

"Kamu marah?" Tanya Ellen hati-hati.

"Tidak... Semasa aku hidup, aku punya prinsip tidak akan menjadi orang ketiga... Lagipula kamu dan Gavin sedikit cocok..." Katanya bangkit berdiri dan berjalan keluar.

"Hei! Kemana?" Ellen bengkit berdiri mengejar hantu itu. Gavin dan Widi hanya bisa pasrah karena yang mereka lihat berbicara hanyalah Ellen tanpa lawan bicara.

"Pergi dari kamar ini selamanya..." Kata hantu itu mengusap airmata.

"Bagus, sich... Tapi... hmmm... Apa kamu pernah lihatlelaki hantu penunggu lift di apartement ini?" Tanya Ellen. Hantu itu hanya menggeleng. "Aku tadi melihatnya, dia bilang titip salam padamu... Apa kamu ga mau membuka hati untuk seseorang yang berasal dari duniamu juga? Aku rasa itu lebih baik.."

Hantu itu tersenyum manis. "Aku coba..." Katanya pelan dan berjalan kemudian menghilang di pintu.

***

Di restoran sebuah mall. 

Gavin mentraktir Ellen dan Widi sebagai ucapan terima kasih. Ellen terlihat lahap menghabiskan makanan yang ada di hadapannya. Sementara   Gavin tak sabar menunggu cerita dari Ellen.

"Tenang aja... Dia udah pindah kok... Pindah ke lift... Hahahaha... Berarti kamu ga bisa naik lift sendirian..." Tawa Ellen... Gavin mendengarkannya sambil senyum-senyum gak jelas.

"Idih...Kok malah senyam-senyum, sich?"

"Gapapa... Cuman lucu aja tadi... Dia bilang ga mau jadi orang ketiga di antara kita. Emang kita pacaran?" Goda Gavin sambil berpangku tangan, dan matanya menatap Ellen dalam-dalam.

"Ih apaan sich?" Pipi Ellen kemerah-merahan.

"Aku nembak kamu, yach?"

"Duhhh.."

"Mau yach... Mau yachh..."

"Gavinnn..." Ellen kikuk dan menutupi pipinya yang kemerahan.

"Aku dorrrr yaaaaacchh......."

***

Akhirnya Gavin menjalani hari-harinya dengan normal di apartementnya. Terkadang dia menggunakan lift hanya jika sedang ramai orang saja, kalau tidak dia akan menggunakan tangga.

Gavin dan Ellen pun sudah berpacaran, demi mulusnya hubungan mereka, Gavin resign dan mencari pekerjaan baru yang tidak jauh dari kantor lama. Walau begitu Gavin harus selalu waspada pada Darto yang masih menaruh hati pada Ellen.

Hantu Raisa dan penunggu lift juga sudah membangun sebuah rumah tangga di lift apartement itu. Hantu Raisa tidak mempunyai rasa lagi pada Gavin.

Hubungan antar dua dunia itu pun sekarang telah terjalin dengan sangat baik.

***

Terima kasih untuk yang sudah baca sampai akhir. GBU.

Saco, 15 Maret 2016...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun