“Kini pemerintah pusat telah menyiapkan berbagai macam program dan fasilitas untuk kita. Seperti contoh dana desa yang tahun 2016 yang bertotal 47 Triliun dan tiap desas nya ditaksir 200 juta harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh desa. Dan kita sebagai warga sumut harus ikut mengawasi dan berpartisipasi di dalamnya”
Diskusi ini menyadarkan kami dan memberikan kami informasi, bahwa sesungguhnya kami adalah warga desa juga dan kami harus meningkatkan perekonomian mulai dari desa kami dan meningkatakna kecintaan terhadap desa kami sendiri dan Indonesia.
“Kalau hanya berdiskusi saja disini, yang ada hanyalah wacana” ucap bang ance dengan santai.
“Terus gimana bang? Kita pun disibukkan dengan kegiatan perkuliahan kita hingga sejenak kami melupakan asal kami”
“Kami akan membuat tim”
“Tim apa bang ance?”
“Tim peduli desa, kami akan menciptakan tim-tim disetiap desa untuk mengawasi kebijakan pemerintah desa. Pemerintah desa bukan hanya sebagai jabatan politis saja. Mereka harus bekerja membangun desa. Dan tim ini bertugas untuk mengkritisasi kebijakan pemerintah desa dan membantu kegiatannya untuk memberdayakan desa”
“Tak peduli dari parpol apa dan dari kepentingan mana, kita adalah warga desa yang mempunyai hak untuk meningkatkan segala macam sumberdaya yang kita miliki dan menuntuk kebutuhan yang kita butuhkan yang tidak ada di desa”
Suasana seketika hening. Mata orang-orang mengikuti diskusi ini seketika tebelalak dan kaget dengan hal tersebut seolah tak percaya akan ekspektasi nya.
“Kita disini hanyalah bagian kecil daripada hal tersebut. Tak perlu khawatir bagaimana caranya. Dengan menggunakan berbagai cara kita bisa. Dengan smartphone yang kalian gunakan itu pun dapat membantu program ini.”
“Sekali kalian menggunakan facebook untuk mensosialisasikan potensi desa kalian itu turut membantu masyarakat desa kalian. Benarkan?”
Dengan nada tegas dan pasti, bang ance yang berpakaian sederhana itu berdiri dan menunjuk ke atas
“Kita warga Sumut, kita harus bangga akan hal itu. Kita harus meningkatkan sumut dari akarnya yaitu desa-desa asal kita! Berbagai masalah pasti kita hadapi, tapi kita tidak boleh goyang karena ini untuk desa kita, tanah air kita! Merdeka dari penjajah! Merdeka! Horas!”